Jumat, 03 April 2009

Abu Bakar
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Abu Bakar (bahasa Arab أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama pada tahun 632. Beliau bernama asli Abdullah ibni Abi Quhaafah.
Daftar isi
[sembunyikan]
  1 Arti nama 
  2 Memeluk Islam 
  3 Era bersama Nabi 
  4 Menjadi Khalifah 
  5 Perang Ridda 
  6 Ekspedisi ke utara 
  7 Qur'an 
  8 Kematian 

[sunting] Arti nama
Abu Bakar berarti 'ayah si gadis', yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah kunya atau nama panggilan ayahnya). Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.
[sunting] Memeluk Islam
Abu Bakar dilahirkan di Mekkah dari keturunan Bani Taim, suku bangsa Quraish. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi. Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal dan para budak, sulit diterima bahwa Abu Bakar justru termasuk dalam mereka yang memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk Islam).
Awalnya ia dikenal dengan nama Abdul Ka'bah (pelayan Ka'bah), setelah memeluk Islam ia menggunakan nama Abdullah (pelayan Tuhan). Namun, ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar (dari bahasa arab Bakr yang berarti unta muda) karena minatnya dalam berternak unta.
[sunting] Era bersama Nabi
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :
  Bilal bin Rabbah 
  Abu Fakih 
  Ammar 
  Abu Fuhaira Lubainah 
  An Nahdiah 
  Ummu Ubays 
  Zinnira 
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
[sunting] Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum sunni dan syi'ah. Di satu sisi kaum syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat kalau rosulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan,minum,tidur,dll,tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir.dan juga banyak hadits di sunni maupun syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rosulullah saw,serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.kalau memang musyawarah kenapa tidak menampilkan tokoh bani hasyim,dan cobalah kita simak kembali jalan musyawarah di saqifah bani sa'idah.kalau memang penunjukkan pemimpin dengan musyawarah,bagaimana dengan kholifah umar yang memimpin dengan wasiat kholifah abu bakar,atau kenapa kholifah mu'awiyah merubahnya menjadi kerajaan monarki,dan kenapa dibenarkan khilafah abbasiah yang menggantikan khilafah bani umayah dengan pemberontakan dan peperangan.mungkin kita harus lebih dalam lagi membaca sejarah islam dengan refrensi lengkap. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma,mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
[sunting] Perang Ridda
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
[sunting] Ekspedisi ke utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke suriah juga meraih sukses.
[sunting] Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh shahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.
[sunting] Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah.Abu Bakar dimakamkan di rumah Aishah [di dekat masjid Nabawi], di samping makam Rasulullah SAW.
MUTIARA KEHIDUPAN PARA SAHABAT: ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ, SOSOK YANG MEMILIKI HATI MULIA DAN JIWA BERSAHAJA 
Al-Ikhwan.net | 14 March 2008 | 7 Rabiul Awal 1429 H | Hits: 1,167 
Abu Ahmad 
 Kirim ke teman | Print 
Beliau bernama Abu Bakar –semoga Allah meridloinya-, sedangkan nama asli beliau dimasa jahiliyah adalah Abdul Ka’bah bin Utsman bin Amir, lalu Rasulullah memberinya nama Abdullah, lengkapnya Abdullah bin Abu Quhafah, sedangkan ibunya bernama Ummul Khair, Salma binti Shar.
Beliau lahir di kota Mekkah setelah dua tahun setengah dari lahirnya Rasulullah saw, dan beliau merupakan seseorang yang terhormat dan hafal tentang keturunan suku-suku Quraisy, seorang pedagang yang memiliki perangai yang sangat mulia.
Abu Bakar merupakan seseorang yang jujur dan dekat kepada Rasulullah saw, dan da’wah yang disampaikan Rasulullah saw kepada Islam tanpa ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya; karena beliau sangat mengetahui kebenaran nabi saw dan kejujurannya, Nabi saw pernah bersabda : “Tidak ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa keraguan, ketidak pasitan dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar, beliau sama sekali tidak merasa ragu saat saya ingatkan kepadanya dan tidak ada keraguan didalamnya”. (Ibnu Hisyam).
Abu Bakar berjuang bersama Rasulullah saw, sehingga dengan hal tersebut Rasulullah saw memberikan pujian kepada beliau dengan bersabda :
Sekiranya saya boleh mengambil seseorang untuk dijadikan (khalil) teman dekat; maka aku akan memilih Abu Bakar, tapi beliau adalah saudaraku dan sahabatku”. (Al-Bukhari).
Dan semenjak Abu Bakar mengikrarkan keislamannya, beliau terus berjihad menyebarkan da’wah Islam, sehingga melaluinya masuk lima sahabat yang dijanjikan masuk ke dalam surga, mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf –semoga Allah meridloi mereka semua-.
Pada Awalnya da’wah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka Abu Bakar senang mengisi dunia seluruhnya dengan sinar yang baru, mempublikasikan Rasulullah saw dihadapan pemuka Quraisy, maka Abu Bakar mengajak Rasulullah saw pergi ke Ka’bah, memberikan pengarahan kepada kaum musyrikin saat itu, namun Rasulullah saw menyuruh beliau untuk bersabar, tapi setelah beliau mendesaknya akhirnya Rasulullah saw menyetujuinya, sehingga pergilah Abu Bakar ke Ka’bah dan berpidato dihadapan manusia menyeru kepada kaum musyrikin untuk mendengarkan Rasulullah saw, semenjak saat itu beliau dijuluki sabagai orang pertama yang berani berpidato menyeru kepada Allah, namun saat beliau akan berbicara orang-orang musyrikin menghantamnya dari berbagai penjuru dan memukulnya hingga hampir saja mereka membunuhnya, namun setelah beliau seiuman beliau malah bertanya tentang keadaan Rasulullah saw sehingga dirinya merasa tenang, dan keitka dikabarkan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan baik-baik saja, beliau sangat senang dan bergembira sekali.
Abu Bakar juga berusaha menjadi tameng dan penopang Rasulullah saw dengan sekuat tenaganya. Suatu ketika, disaat beliau duduk-duduk diemperan rumahnya, datang seseorang dengan tergesa-gesa, dan berkata : temui teman kamu sekarang juga, maka beliaupun segera pergi untuk menemui Rasulullah saw, maka beliau mendapati Rasulullah saw sedang sholat di Ka’bah, sedang dihadapannya sudah ada Uqbah bin Abi Mu’ith sedang mencekik leher Rasulullah saw dengan kain, maka secepat mungkin Abu Bakar mendorong Uqbah dari Rasulullah saw dan berkata : apakah kamu ingin membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan saya adalah Allah ?! akhirnya kaum musyrikin mengerumuninya dan memukulinya hingga pingsan, dan setelah beliau kembali siuman pertama kali yang diucapkan melalui lidahnya adalah : Apa yang sedang di perbuat Rasulullah saw ?
Abu Bakar selalu berjuang bersama Nabi saw dan menanggung siksaan yang dihadapinya dalam menyebarkan Islam, sampai pada akhirnya Rasulullah saw mengijinkan para sahabatnya untuk melakukan Hijrah ke Habsyah, maka Abu Bakarpun melakukan hijrah ke Negeri Habsyah, saat baliau sampai pada suatu tempat yang jauhnya seperti menempuh perjalannan selama 5 malam, beliau bertemu dengan Ibnu Ad-Dagnah salah seorang dari pemuka Makkah, dia berkata kepada Abu Bakar : “Mau pergi kemana wahai Abu Bakar ? Abu Bakar berkata : “Saya diusir oleh kaum saya maka sayapun pergi meninggalkannya agar saya dapat leluasa menyembah Tuhan saya”. Ibnu Ad-Dagnah berkata lagi : “Orang seperti kamu tidak boleh terusir dan diusir, saya adalah tetanggamu (yang akan melindungimu), kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negrimu”. Maka beliaupun akhirnya kembali bersama Ibnu Ad-Dagnah, lalu beliau berkata kepada kaum Quraisy : “Sesungguhnya Abu Bakar tidak boleh diusir dan terusir” mereka berkata kepadanya : “Suruhlah dia menyembah Tuhannya di rumahnya sehingga tidak menyakiti perasaan kami, jangan disebar luaskan, karena kami khawatir dia dapat menyebarkan fitnah terhadap anak-anak perempuan kami”. Akhirnya beliaupun menyembah (melakukan ibadahnya) dirumahnya sendiri. Lalu beliau berfikir ingin membangun sebuah masjid diteras rumahnya agar bisa sholat didalamnya dan membaca Al-Qur an, namun saat beliau membaca Al-Qur an para wanita dan anak-anak dari kalangan musyrikin mengintipnya dan mendengarkan bacaannya, dan mereka sangat tertarik sekali, Abu Bakar sendiri memang memiliki hati yang lembut, sering menangis saat sedang membaca Al-Qur’an, maka penduduk Mekkahpun menjadi berang dan merasa khawatir kembali, akhirnya mereka mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Ad-Dagnah, setelah mereka sampai kepada ibnu Ad-Dagnah, mereka berkata : sesungguhnya kami telah membiarkan Abu Bakar tinggal bersamamu agar dia dapat beribadah kepada Tuhannya didalam rumahnya, namun dia telah melanggarnya sehingga dia membuat masjid dipelataran rumahnya, kemudian malakukan shalat dan membaca Al-Qur’an didalamnya, kami sangat khawatir dia menyebarkan fitnah kepada anak-anak perempuan dan lelaki kami, maka dia harus mengikuti perkataanmu atau diusir saja dia. Maka Ibnu Ad-Dagnahpun pergi menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya : saya berikan pilihan kepadamu, apakah engkau mau menuruti permintaan kaum Quraisy atau engkau tinggalkan hidup dibawah perlindunganku, karena saya tidak ingin mendengar dari kalangan Arab saya menyimpan seseorang yang suka melanggar (perjanjian kepadanya), setelah itu dengan penuh keparcayaan diri dan yakin Abu Bakar berkata : saya pilih melepas dari tanggunganmu, dan saya lebih rela dibawah perlindungan Allah.
Setelah itu Abu Bakar sering menghadapi penyiksaan dan intimidasi dari keum musyrikin, namun imannya tetap tegar dan teguh, bahkan menjadi pendukung agama melalui hartanya dan segala sesuatu yang beliau miliki, sehingga dia merelakan seluruh hartanya untuk diinfakkan sehingga dalam riwayat diceritakan : bahwa beliau memiliki uang sebanyak 40 ribu Dirham yang diinfakkan dijalan Allah, beliau juga membeli budak yang berasal dari kalangan kaum muslimin, kemudian beliau melepasnya dan memerdekakannya.
Dan saat perang terjadi ketika Rasulullah saw memobilisasi sahabatnya untuk menginfakkan dan menyumbangkan hartanya, maka Abu Bakar langsung membawa seluruh hartanya kemudian memberikannya kepada Rasulullah saw, dan melihat demikian Rasulullah saw berkata : Adakah sesuatu yang engkau sisakan untuk keluarga kamu ? beliau berkata : Saya tinggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya, kemudian datanglah Umar dengan membawa setengah dari hartanya, lalu Rasulullah saw berkata kepadanya : adakah sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu ? Umar menjawab : Ya, setengah dari harta saya. Ketika Umar mendengar apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar beliau berkata : “Demi Allah saya tidak akan pernah bisa mengungguli Abu Bakar”. (At-Turmudzi)
Abu Bakar juga sangat mencintai Rasulullah saw, sebagaimana Rasulullah saw juga sangat mencintainya, suatu hari Nabi saw ditanya : Siapakah seseorang yang paling engkau cintai ? beliau berkata : Aisyah. Kemudian ditanya lagi : dari kalangan laki-laki ? beliau berkata : Bapaknya. (Al-Bukhari).
Suatu hari beliau pernah menaiki gunung Uhud bersama Rasulullah saw, Umar dan utsman –semoga Allah meridlai keduanya-, maka gunung uhudpun bergetar, lalu Rasulullah saw bersabda : “Diamlah engkau wahai Uhud, tidak ada yang membebani engkau disini kecuali Nabi, seorang yang shiddiq, dua calan mati syahid”. (Al-Bukhari).
Saat terjadi peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah saw menceritakan kepada umat bahwa beliau telah melakukan perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, kemudian naik menuju langit yang ketujuh, kaum musyrikin mencemoohkannya sambil berkata : bagaimana mungkin ini bisa terjadi, padahal kami butuh waktu sampai sebulan agar bisa sampai ke Baitul Maqdis ? kemudian mereka segera pergi menemui Abu Bakar, dan menceritakan akan hal tersebut : bahwa sahabat Kamu mengklaim telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis ! Abu Bakar menjawab : jika beliau telah berkata demikian jelas merupakan kebenaran, sungguh saya mempercayainya terhadap berita langit (wahyu) yang datang kepadanya. Maka semenjak itulah Rasulullah saw menjulukinya dengan Ash-shidiq (orang yang bersifat jujur dan benar). (Ibnu Hisyam).
Sebagaimana Abu Bakar juga selalu menjadi penolong dan pendukung Rasulullah saw disaat beliau mendapatkan pertentangan dari kaum muslimin saat terjadinya perjanjian Hudaibiyah.
Saat Allah SWT mengijinkan kepada Rasulullah saw untuk Hijrah, Rasulullah saw memilih beliau untuk menjadi teman dan pendampingnya dalam melakukan hijrah, tinggal di Gua Tsur selam tiga hari, dan saat kaum musyrikin berdiri di depan lubang gua, Abu Bakar sangat khawatir dan cemas terhadap Rasulullah saw, dan berkata : wahai Rasulullah, kalau saja mereka melihat kebawah kaki mereka, maka kita akan terlihat, maka Rasulullah saw berkata kepadanya : “Apa pendapat kamu wahai Abu Bakar dengan dua orang dan yang ketiga adalah Allah”. (Al-Bukhari)
Abu Bakar juga selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw dan tidak pernah ketinggalan walaupun sekali, dan Rasulullah saw sangat mengenal kepribadian beliau, sehingga Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepadanya dengan Surga, beliau bersabda : “Tidak seorangpun diantara kita memiliki tangan yang menyamai apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, karena beliau disisi kami memiliki tangan yang Allah akan menggantinya yang lebih baik di hari Kiamat”. (At-Turmudzi).
Beliau juga sangat antusias dan hati-hati dalam mengamalkan perintah-perintah Allah, suatu hari beliau mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang menjulurkan bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya dihari Kiamat”. Lalu Abu Bakarpun berkata : “Salah satu dari baju saya tidak akan digunakan kecuali saya telah berjanji melaksanakan sabda tersebut”. Rasulullah sawpun berkata kepadanya : “Sesungguhnya yang kamu lakukan itu bukanlah termasuk katagori sombong”. (Al-Bukhari). Beliau juga orang yang paling takut kepada Allah, beliau pernah berkata : “Sekiranya salah satu dari kaki saya masuk surga lalu yang lainnya di luar, saya belum merasa aman akan lepas dari murka Allah (Adzab).
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebagian sahabat berkumpul disinggasana Rasulullah saw dan mengemukakan pandangan bahwa mereka tidak percaya akan kepergian Rasulullah saw, Umar berdiri dihadapan mereka dan mengancam bagi siapa yang berani mengatakan bahwa Rasulullah saw telah meninggal akan dipenggal lehernya, maka Abu Bakar maju dan masuk kerumah Rasulullah saw dan membuka kain yang menutupi wajahnya yang mulia, beliau berkata : “Sungguh harum kematian dan kehidupan engkau wahai Rasulullah”. Lalu beliaupun keluar menuju kumpulan manusia, dan berkata kepada mereka : “Wahai sekalian manusia, ketahuilah barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad saw maka sesungguhnya beliau telah meninggal, dan barangsiapa diantara kalian yang menyembah Allah maka selamanya Allah Hidup dan tidak pernah mati, karena Allah SWT telah berfirman : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang”. (Ali Imran : 144)
Setelah itu para pemuka kaum muslimin bergegas menuju tempat pertemuan untuk menetapkan siapa yang akan menggantikan Rasulullah saw, akhirnya kaum muslimin saat itu bersepakat membai’at Abu Bakar sabagai khalifah setelah kaum muhajirin dan Anshor merasa puas dengan keputusan bahwa Abu Bakar adalah seorang yang cocok menjadi kahlifah setelah Rasulullah saw, kenapa tidak ? padahal Rasulullah saw pernah menyuruhnya menggantikan beliau dalam memutuskan perkara kaum muslimin saat baliau dalam keadaan sakit dan sekarat, beliau bersabda : “Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat kepada jamaah”. (Muttaqun ‘alaih).
Setelah beliau dipercaya menjadi khalifah, beliau berdiri dan menyampaikan pidato pertamanya : “Wahai sekalian manusia, sungguh saya telah diberikan amanah memimpin kalian semua dan aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, jika aku melakukan kebaikan maka tolonglah aku, namun jika melakukan kesalahan maka luruskanlah, kejujuran merupakan amanah, sedang dusta adalah khianat, orang yang lemah diantara kalian akan kuat disisiku hingga aku dapat menghilangkan bebannya insya Allah, sedangkan orang yang kuat diantara kalian lemah disisiku sampai aku dapat mengambil hak darinya insya Allah, tidaklah suatu kaum meninggalkan kewajiban jihad kecuali Allah akan hinakan mereka, dan tidaklah tersebar kemaksiatan dalam suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan mereka bencana, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun jika saya menyimpang kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada taat kepadaku atas kalian”.
Selama kekhilafahannya Abu Bakar telah memerangi kaum murtad dan pembangkang membayar zakat, beliau berkata : “Demi Allah sekiranya mereka mencegah saya seikat unta yang mana mereka menunaikan perintah Allah disaat Rasulullah saw hidup, maka saya akan memerangi mereka”. Dan dalam peperangan beliau selalu mengajarkan adab berperang, dengan mewasiatkan kepada tentaranya agar jangan membunuh orang yang sudah tua, anak kecil dan wanita, orang yang beribadah dirumah ibadah dan jangan membakar tanaman dan menebang pepohonan.
Khalifah Abu Bakar menugaskan prajurit yang dipimpin Usamah bin Zaid untuk menyerang Romawi, sebagaimana Rasulullah saw telah memberikan mandat ke Usamah bin Zaid untuk menjadi komandan perang walaupun umurnya masih raltif muda, dan saat Rasulullah saw meninggal dunia, Abu Bakar bersikeras memformulasi pasukan seperti yang berjalan di zaman Rasulullah saw, dan beliau ikut langsung mengiringi pasukan, dimana beliau berjalan kaki sedangkan Usamah diatas menaiki kendarannya, seekor kuda, lalu Usamah berkata kepada khalifah Abu Bakar : “Wahai khalifah, sudikah engkau naik kendaraan ini atau saya turun”. Maka dia berkata : “Demi Allah, saya tidak akan menaiki kendaraan dan engkau jangan turun dari kendaraan, kenapa saya tidak berani menyentuhkan kaki saya dibumi menuju jalan Allah”.
Khalifah Abu Bakar juga pernah mengirim pasukan ke negeri Syam, Iraq hingga akhirnya seluruh penduduknya memeluk agama Islam.
Dan diantara prestasi yang dilakukan dalam masa kekhilafahannya adalah beliau pernah memerintahkan untuk menyusun kembali Al-Qur’an dan menulisnya setelah banyaknya dari kalangan para huffadz yang syahid.
Khalifah Abu Bakar meninggal pada malam Selasa, tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 3 Hijriyyah, sedangkan umurnya baru 63 tahun. Adapun yang memandikan jenazah beliau adalah istrinya sendiri yaitu Asma bin Umais sesuai dengan wasiatnya, dan dikebumikan disamping jenazah Rasulullah saw.
Beliau meninggalkan beberapa anak ; Abdullah, Abdul Rahman, Muhammad, Aisyah, Asma, Ummi Kultsum –semoga Allah meridloi semuanya-.
Dan beliau juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw berjumlah lebih dari seratus hadits


Setelah Rasulullah SAAW wafat, kaum Muslimin mengadakan peryemuan di Saqifah Bani Sa’idah. Mereka membicarakan siapa sepatutnya yang menggantikan Rasulullah SAAW dalam memimpin kaum Muslimin dan mengurusi persoalan ummat. Setelah dimusyawarahkan, maka terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Khalifah.
Abu Ubaidah berkata mengenai Abu Bakar, “Dia adalah salah seorang dari dua orang.” Umar berkata mengenai Abu Bakar, “Abu Bakar, engkau adalah orang yang lebih disukai Rasulullah untuk menggantikan beliau sebagai imam shalat.”
Ali agak terlambat dalam pembaiatan Abu Bakar disebabkan sibuk mengurus jenazah Rasul SAAW. Tidak ada keberatan dalam hati Ali untuk membai’at Abu Bakar Ash Shiddiq.
Hal-Hal Penting yang Dilakukan Abu Bakar Selama Menjadi Khalifah
1. Pemberangkatan Pasukan Usamah.
2. Memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat.
Ketika Abu Bakar telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah, Ali berkata kepada Abu Bakar, “Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAAW pada perang Uhud: ‘Sarungkan pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalmu.” Kemudian Abu Bakar kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Akhirnya kaum murtad berhasil ditumpas, dan ada juga yang kembali memeluk Islam. Dan semua kabilah kembali bersedia membayar zakat.
3. Memberangkatkan pasukan Khalid bin Walid ke Iraq, bersama Mutsni bin Haritsah AsySyaibani yang kemudian berhasil menaklukkan banyak negeri dan kembali dengan membawa kemenangan dan barang rampasan perang.
4. Abu Bakar memberikan gagasan dan memprakarsai penyerangan negeri-negeri Romawi.
Ketika mengusulkan hal ini, Abu Bakar ra meminta pendapat Sayyidina Ali ra. Kemudian Sayyidina Ali menjawab, “Aku melihat engkau senantiasa memperoleh keberkahan, keunggulan dan pertolongan.” Ini menggambarkan bahwa tidak ada dendam atau kebencian mendalam di hati Sayyidina Ali ra terhadap Khalifah Abu Bakar ra.
Abu Bakar Wafat pada tahun 13 H, malam selasa tanggal 23 Jumadil Akhir, pada usia 63 tahun. Masa khilafahnya 2 tahun 3 bulan, dan 3 hari. Ia dikubur di rumah Aisyah ra di samping kubur Rasulullah SAAW.
Wasiat Abu Bakar Tentang Khilafah Umar
Ath-Thabari, Ibnu Jauzi, dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bakar ra khawatir kaum muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau dan tidak memperoleh kata sepakat. Maka Abu Bakar meminta pendapat para tokoh shahabat mengenai penggantinya kelak. Setelah mengetahui kesepakatan mereka tentang keutamaan dan kelayakan Umar ra, beliau pun keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah mengerahkan segenap usaha untuk memilih penggantinya kelak. Kepada khalayak, Abu Bakar meminta agar mereka menunjuk Umar ra. Sebagai Khalifah sepeninggalnya. Mereka semua menjawab, “Kami dengar dan kami taat.” Jadi penunjukkan Umar ra sebagai khalifah bukanlah berdasarkan keinginan Abu Bakar semata, akan tetapi merupakan hasil dengar pendapat dan rekomendasi dari para tokoh shahabat. Jadi sekali lagi, ini merupakan hasil syura dari Ahlul Halli wal ‘Aqdi. Adapun perkataan Abu Bakar di hadapan khalayak adalah sebagai pengumuman hasil keputusan yang sah dan harus dipatuhi oleh kaum Muslimin.
Surat Wasiat kepada Umar
Setelah mengetahui kesepakatan semua orang atas penunjukkan Umar sebagai pengganti, Abu Bakar memanggil Utsman bin ‘Affan dan mendiktekan surat wasiat dan kemudian distempel oleh Abu Bakar. Kemudian surat wasiat itu di bawa keluar oleh Utsman untuk dibacakan kepada khalayak ramai. Mereka pun membai’at Umar bin Khaththab. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.
Beberapa ‘Ibrah
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa khalifah Abu Bakar ra. Tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, diantaranya:
1. Pengangkatan Abu Bakar berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli wal ‘Aqdi dari kalangan shahabat termasuk Ali ra ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun nash Al-Qur`an atau Sunnah yang menegaskan hak Khilafah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah SAAW. 
2. Perbedaan pendapat dalam musyawarah di Saqifah Bani Sa’idah adalah hal yang lumrah. Ini merupakan jaminan dari Syari’ terhadap beraneka ragam pendapat dan pandangan selama menyangkut hal yang tidak dinyatakan secara tegas dan gamblang oleh nash. Segala masalah yang didiamkan Syari’ dapat dibicarakan dalam syura dengan mengemukakan berbagai pandangan dan membahasnya secara obyektif dan jujur.
3. Nasihat Ali ra kepada Abu Bakar agar tidak ikut berangkat dalam memerangi kaum murtad adalah merupakan bukti kecintaan beliau kepada Abu Bakar ra dan juga merupakan bukti akan penerimaannya terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah.
4. Sikap tegas Abu Bakar terhadap kaum murtad merupakan bukti akan adanya hikmah Allah yang telah mengangkat orang yang sesuai untuk menghadapi tugas yang tepat (right man in the right job). Padahal saat itu Umar tidak setegas Abu Bakar mengenai kaum murtad.
5. Pemilihan pengganti Abu Bakar bukanlah berdasarkan wasiat. Wasiat tanpa keridhaan kaum msulimin tidak dapat dijadikan dasar sebagai pengangkatan khalifah. Jadi sesungguhnya yang mengangkat Umar adalah kaum muslimin, bukan Abu Bakar ra. Tidak ada dalam Islam pengangkatan khalifah berdasarkan penunjukkan khalifah sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar