Senin, 20 April 2009

Islam Dan Liberalisme
20 March 2009 0 Komentar

Musuh-musuh islam tidak henti-hentinya menyerang kaum muslimin dan merusak agama mereka. Tidak cukup hanya dengan mencabik-cabik negara Islam menjadi negara-negara kecil dan terbelakang dengan mengambil sumber daya alamnya yang demikian kaya. Mereka masih terus dan akan terus merusak agama dan kehidupan kaum muslimin hingga mereka meninggalkan Islam dan mengikuti mereka. Allah Ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya: “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya“. [QS. Al-Baqarah: 217]

Hal itu karena kedengkian yang terus ada dihati mereka.

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Artinya: “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”. [QS. Al-Baqarah: 109]

Semua ini telah terbukti dan dijelaskan dalam ayat lainnya. Mereka tidak berhenti hingga kaum muslimin murtad dan mengikuti agama mereka. Allah berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ

Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu“. [QS. Al-Baqarah: 120]

Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan kita untuk menampakkan petunjuk Allah dalam menghadapi semua konspirasi mereka.

Karenanya, kita lihat banyak sekali pemikiran-pemikiran musuh-musuh Islam tersebut yang dimasukkan secara halus ataupun secara paksa masuk ke dalam tubuh kaum muslimin. Baik melalui tangan mereka secara langsung maupun melalui tangan-tangan anak-anak kaum muslimin yang tumbuh dalam didikan mereka. Anak-anak kaum muslimin ini mereka jejali dengan pemikiran dan harta berlimpah agar dapat menjalankan semua program terpadu mereka dalam merusak akidah Islam dan kaum muslimin. Memang mereka terlanjur kagum kepada para musuh tersebut dan terlalu butuh dengan bantuan finansial dan non finansial dari mereka sehingga dengan mudahnya menyebarkan pemikiran tersebut tanpa melihat akibat yang timbul darinya.

Diantara pemikiran yang disebarkan tersebut adalah pemikiran liberal (liberalisme) yang dengan bangganya menampakkan kepalanya ditengah-tengah kaum muslimin tanpa rasa khawatir dan takut sama sekali. Melihat ini semua nampaknya perlu kita mengetahui sedikit tentang pemikiran ini dalam tinjauan islam agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Lebih lagi di zaman yang penuh dengan fitnah ini.


Pengertian Liberalisme

Liberal adalah satu istilah asing yang diambil dari kata Liberalism dalam bahasa Inggris dan liberalisme dalam bahasa perancis yang berarti kebebasan. Kata ini kembali kepada kata Liberty dalam bahasa Inggrisnya dan Liberte dalam bahasa prancisnya yang bermakna bebas. [Hakikat Liberaliyah wa mauqif Muslim minha, Sulaiman al-Khirasyi, ha.l 12]

iberalisme adalah istilah eropa yang sangat samar sehingga para peneliti baik dari mereka ataupun dari selainnya berselisih dalam mendefinisikan pemikiran ini. Namun seluruh definisi yang ada kembali kepada pengertian kebebasan dalam pengertian barat tentunya.

Tertulis dalam The World Book Encyclopedia pada pembahasan Liberalism : “Liberalism dianggap sebagai istilah yang samar, karena pengertian dan pendukung-pendukungnya berubah dalam bentuk tertentu dengan berlalunya waktu”[Dinukil dari Hakekat Libraliyah, hal. 16].

Oleh karena itu syeikh Sulaiman al-Khirasyi menyimpulkan bahwa Liberalisme adalah madzhab pemikiran yang memperhatikan kebebasan individu dan memandang kewajiban menghormati kemerdekaan individu serta berkeyakinan bahwa tugas pokok pemerintah adalah menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, seperti kebebasan berfikir, mengungkapkan pendapat, kepemilikan pribadi dan kebebasan individu serta sejenisnya.

Ensiklopedia Inggris menuliskan: “Kata Liberty (kebebasan) adalah kata yang menyimpan kesamaran, demikian juga kata liberal. Seorang liberalis bisa jadi beriman bahwa kebebasan adalah masalah khusus individu semata dan peran negara harus terbatas atau bisa jadi beriman bahwa kebebasan itu adalah masalah khusus negara. Sehingga negara dengan kemampuannya atau kemungkinan menggunakannya sebagai alat penguat kebebasan” [Encyclopedia Britannica pada pembahasan liberalism, dinukil dari Hakekat Libraliyah al-Khirasyi, hal. 17]

Asas Pemikiran Liberal

Secara umum asas liberalisme ada tiga; kebebasan, individualis dan Aqlani (mendewakan akal).


1. Asas pertama: Kebebasan

Yang dimaksud disini adalah setiap individu bebas dalam perbuatannya dan mandiri dalam tingkah lakunya tanpa diatur dari negara atau selainnya. Mereka hanya dibatasi oleh undang-undang yang mereka buat sendiri dan tidak terikat dengan aturan agama. Dengan demikian liberalisme disini adalah sisi lain dari sekulerisme secara pengertian umum yaitu memisahkan agama dan membolehkan lepas dari ketentuannya. Sehingga menurut mereka manusia tu bebas berbuat, berkata, berkeyakinan dan berhukum sesukanya tanpa batasan syari’at Allah. Sehingga manusia menjadi tuhan untuk dirinya dan penyembah hawa nafsunya serta bebas dari hukum ilahi dan tidak diperintahkan mengikuti ajaran ilahi. Padahal Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Katakanlah:”Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [QS. Al-An'am: 162-163]


dan firman Allah:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui“. [QS. al-Jaatsiyah : 18]

[Lihat Dalil al-'Uqul al-Haa'irah Fi Kasyfi al-Mazhahib al-Mu'ashorah, Haamid bin Abdillah al-'Ali hal. 18]

2. Asas kedua: Individualisme (Al-Fardiyah)

Dalam hal ini ada dua pemahaman dalam Liberalisme:

a. Individual dalam pengertian ananiyah (keakuan) dan cinta diri sendiri. Pengertian inilah yang menguasai pemikiran eropa sejak masa kebangkitan eropa hingga abad keduapuluh masehi.

b. Individual dalam pengertian kemerdekaan pribadi. Inilah pemahaman baru dalam agama liberal yang dikenal dengan Pragmatisme.

[lihat Hakekat Libraliyah al-Khirasyi, hal. 17]

3. Asas ketiga: Mendewakan Akal (Aqlaniyah)

Dalam pengertian kemerdekaan akal dalam mengetahui dan mencapai kemaslahatan dan kemanfaatan tanpa butuh kepada kekuatan diluarnya.

Hal ini dapat tampak dari hal-hal berikut ini:

a. Kebebasan adalah hak-hak yang dibangun diatas dasar materi bukan perkara diluar dari materi yang dapat disaksikan dan cara mengetahuinya adalah dengan akal, pancaindra dan percobaan.

b. Negara dijauhkan dari semua yang berhubungan dengan keyakinan agama, karena kebebasan menuntut tidak adanya satu yang pasti dan yakin; karena tidak mungkin mencapai hakekat sesuatu kecuali dengan perantara akal dari hasil percobaan yang ada. Sehingga -menurut mereka- manusia sebelum melakukan percobaan tidak mengetahui apa-apa sehingga tidak mampu untuk memastikan sesuatu. Ini dinamakan ideologi toleransi (al-Mabda’ at-Tasaamuh)[1]. Hakekatnya adalah menghilangkan komitmen agama, karena ia memberikan manusia hak untuk berkeyakinan semaunya dan menampakkannya serta tidak boleh mengkafirkannya walaupun ia seorang mulhid. Negara berkewajiban melindungi rakyatnya dalam hal ini, sebab negara -versi mereka- terbentuk untuk menjaga hak-hak asasi setiap orang. Hal ini menuntut negara terpisah total dari agama dan madzhab pemikiran yang ada. [Musykilah al-Hurriyah hal 233 dinukil dari Hakekat Libraliyah hal 24]. Ini jelas dibuat oleh akal yang hanya beriman kepada perkara kasat mata sehingga menganggap agama itu tidak ilmiyah dan tidak dapat dijadikan sumber ilmu. -Ta’alallahu ‘Amma Yaquluna ‘Uluwaan kabiran-

c. Undang-undang yang mengatur kebebasan ini dari tergelicir dalam kerusakan -versi seluruh kelompok liberal - adalah undang-undang buatan manusia yang bersandar kepada akal yang merdeka dan jauh dari syari’at Allah. Sumber hokum mereka dalam undang-undang dan individu adalah akal.

Islam dan Liberal

Dari pemaparan diatas jelaslah bahwa Liberalisme hanyalah bentuk lain dari sekulerisme yang dibangun diatas sikap berpaling dari syari’at Allah, kufur kepada ajaran dan petunjuk Allah dan rasulNya Shallallahu’alaihi Wasallam serta menghalangi manusia dari jalan Allah. Juga memerangi orang-orang sholih dan memotivasi orang berbuat kemungkaran, kesesatan pemikiran dan kebejatan moral manusia dibawah slogan kebebasan yang semu. Kebebasan yang hakekatnya adalah mentaati dan menyembah syeitan. Lalu bisakah Islam bergandengan dengan Liberal?

Upaya menyatukan Islam dan Liberal.

Pemikiran Liberal masuk kedalam tubuh kaum muslimin melalui para penjajah colonial, kemudian disambut orang-orang yang kagum dengan modernisasi eropa waktu itu. Muncullah dalam tubuh kaum muslimin kelompok madrosah Al-Ishlahiyah dan madrasah At-Tajdid (kaum reformis) serta Al-Ashraniyun (kaum modernis) yang berusaha menggandengkan islam dengan liberal ditambah dengan banyaknya pelajar muslim yang dibina para orientalis dinegara-negara eropa. Upaya menyatukan liberalism kedalam islam sudah dilakukan oleh gerakan ‘Islahiyah’ pimpinan Muhammad Abduh dan para muridnya kemudian ditahun 60-an muncullah gerakan reformis (Madrasah At-Tajdid) dengan tokoh seperti Rifa’ah ath-Thohthawi dan Khoiruddin at-Tunisi. Pemikiran mereka ini tidaklah satu namun mereka memiliki kesamaan dalam upaya menggabung ajaran islam dengan modernisasi barat dan merekonstruksi ajaran agama agar sesuai dengan modernisasi barat. Oleh karena itu pemikiran mereka berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan mereka terhadap komodernan barat dan kemajuannya yang terus berubah. Demikian juga mereka sepakat menjadikan akal sebagai sumber hukum sebagaimana akal juga menjadi sumber hukum dalam agama liberal.

Dari sini jelaslah kaum reformis dan modernis ini ternyata memiliki prinsip dan latar belakang serta orientasi pemikiran yang berbeda-beda meskipun mereka sepakat untuk mengedepankan logika akal daripada Al-Qur’an dan sunnah dan pengaruh kuat pemikiran barat.

Ada diantara mereka yang secara terus terang mengungkapkan niat mereka menghancurkan islam karena terpengaruh pemikiran nasionalisme sekuler atau sayap kiri komunis. Ada yang berusaha memunculkan keraguan kedalam tubuh kaum muslimin dengan berbagai istilah bid’ah yang sulit dicerna pengertiannya atau dengan cara membolak-balikkan fakta dan realitas ajaran islam sejati dengan pemikiran dan gerakannya. Mereka menempatkan orang sesat dan menyimpang sebagai pemikir yang bijak dan ksatria revolusioner. Sementara para ulama islam ditempatkan sebagai kalangan yang kolot konservatif dan tidak tahu hak asasi manusia.[2]

Yang lebih menyakitkan lagi adalah ungkapan sebagian mereka yang menuduh orang yang kembali merujuk nash syari’at sebagai orang yang kolot dan paganis. Prof. Fahmi Huwaidi dalam artikelnya yang berjudul: Watsaniyun Hum ‘Abadatun Nushush (Paganis itu adalah mereka yang menyembah nash-nash Syari’at) menggambarkan hal tersebut sebagai paganisme baru (Watsaniyah jadidah). Hal itu karena Paganisme tidak hanya berbentuk penyembahan patung berhala semata, karena ini adalah paganisme zaman dahulu. Namun paganism zaman ini telah berubah menjadi bentuk penyembahan simbol dan rumus pada penyembahan nash-nash dan ritualisme. (Lihat Al-Aqlaniyun Aprakh al-Mu’tazilah al-’Ashriyun, hal.63).

Sebenarnya hakekat usaha mereka ini adalah mengajak kaum muslimin untuk mengikuti ajaran barat (westernisasi) dan menghilangkan akidah islam dari tubuh kaum muslimin serta memberikan kemudahan kepada musuh-musuh islam dalam menghancurkan kaum muslimin. Sehingga mereka menganggap aturan liberal dan demokrasi adalah perkara mendesak dan sangat cocok dengan hakekat islam dan ajarannya serta tidak mengingkarinya kecuali fundamentalis garis keras.

Demikianlah usaha mereka ini akhirnya menghasilkan penghapusan banyak sekali pokok-pokok ajaran islam dan memasukkan nilai-nilai liberalisme dan humanisme kedalam ajaran islam dan aqidah kaum muslimin. Karena itu seorang orientalis bernama Gibb menyatakan: “Reformasi adalah program utama dari liberalisme barat. Kita tinggal menunggu saja semoga orientasi tersebut dari kalangan reformis bias menjadi semacam managerial modern untuk menggali nilai-nilai liberalisme dan humanism”[Menjawab Modernisasi Islam, hal 178].

Demikianlah nilai-nilai pemahaman liberal masuk kedalam tubuh kaum muslimin dan kita berlindung kepada Allah darinya dan dari semua penyeru ajaran ini

Liberal dalam pandangan hukum Islam

Liberalisme adalah pemikiran asing yang masuk kedalam islam dan bukan hasil dari kaum muslimin. Pemikiran ini menafikan adanya hubungan dengan agama sama sekali dan menganggap agama sebagai rantai pengikat yang berat atas kebebasan yang harus dibuang jauh-jauh. Para perintis dan pemikir liberal yang menyusun pokok-pokok ajarannya dalam semua marhalah dan sepanjang masa telah membentuk liberal berada diluar garis seluruh agama yang ada dan tidak seorangpun dari mereka yang mengklaim adanya hubungan dengan satu agama tertentu walaupun agama yang menyimpang.

Sehingga Liberalisme sangat bertentangan dengan islam bahkan banyak sekali pembatal-pembatal keislaman yang ada padanya, diantaranya:
Kufur
Berhukum dengan selain hukum Allah
Menghilangkan aqidah Al-Wala Dan Bara’
Menghapus banyak sekali ajaran dan hukum islam.

Sehingga para ulama menghukuminya sebagai kekufuran sebagaimana dalam fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan yang dimuat dalam Surat kabar al-Jazirah hari Selasa tanggal 11 Jumada akhir tahun 1428 H.

Adakah Islam Liberal?

Sungguh amat mengherankan masih juga ada orang yang ingin menggabungkan antara liberal dengan Islam padahal jelas sekali ketidak-mungkinannya. Sehingga bila ada yang menyatakan, saya adalah muslim liberal atau istilah Jaringan Islam Liberal ini adalah satu perkara yang kontradiktif. Ironisnya orang yang disebut profesor atau intelektual tidak tahu atau pura-pura tidak tahu tentang hal ini.

Wallahu al-Hadi ila Shirath al-Mustaqim.

Referensi.
Hakikat Liberaliyah Wa Mauqif Muslim Minha, Sulaiman al-Khirasyi
Al-’Ashraniyun Baina Mazaa’im At-Tajdid Wa Mayaadin At-Taghrib Muhammad Hamid an-naashir dalam edisi bahasa Indonesia berjudul Menjawab Modernisasi Islam, terbitan Darul Haq
‘Al-Aqlaniyun Aprakh Al-Mu’tazilah Al-’Ashriyun, Syeikh Ali Hasan Ali Abdulhamid , cetakan pertama tahun 1413 H, Maktabah al-ghuraba al-Atsariyah.
Dalil Al-’Uqul Al-Haa’Irah Fi Kasyfi Al-Mazhahib Al-Mu’ashorah, Haamid bin Abdillah al-’Ali

Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.Com
[1] Pemikiran ini disampaikan John Look dalam kitab Risalah fi at-Tasamuh (lihat Hakekat Libraliyah hal 24).


[2] Lihat tulisan Muhammad Hamid An-Naashir dalam kitab Al-’Ashraniyun Baina Mazaa’im At-Tajdid Wa Mayaadin At-Taghrib dalam edisi bahasa Indonesia berjudul Menjawab Modernisasi Islam, terbitan Darul Haq hal 174. Juga lihat sebagian pujian mereka kepada mu’tazilah yang dinukilkan Syeikh Ali Hasan Ali Abdulhamid dalam kitab ‘Al-Aqlaniyun Aprakh al-Mu’tazilah al-’Ashriyun hal.61-68.

Selasa, 14 April 2009

Dampak Buruk Makanan Haram Bagi Seorang Muslim
31 March 2009 0 Komentar

Era globalisasi banyak berpengaruh pada kehidupan seorang muslim, sadar atau tidak sadar mereka terseret ke dalam arusnya. Sehingga dijumpai banyak orang menyatakan: “Yang haram aja susah apalagi yang halal.” Satu ungkapan yang menggambarkan rendahnya kondisi keimanan dan keyakinan mereka terhadap rahmat dan rizki Allah. Padahal Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dengan sangat tandas sekali bahwa Allah akan mencukupkan rizki mereka dan tidak membebankan hal itu kepada pundak mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri.Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60) 


dan firman-Nya

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ


“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.” (QS. Adz Dzariyat:57)

Dalam dua ayat di atas jelaslah Allah sebagai pemberi rizki kepada semua makhluknya, lalu Ia mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk dan jelek bagi manusia, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْأِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al a’raf:157)

Makanlah yang halal dan baik saja


Setelah mengetahui yang dihalalkan Allah adalah semua yang baik dan sebaliknya yang diharamkan semuanya pasti buruk, apalagi yang menjadi halangan menghindari yang haram dan hanya mengambil yang halal saja?

Tinggal kita laksanakan saja perintah Allah untuk memakan yang halal dan baik dan tidak mengikuti jejak dan ajakan syeitan yang mengajak kepada keburukan dan kesengsaraan. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلالاً طَيِّباً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 


“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168)


Karena hal ini merupakan wujud syukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizki-Nya yang luas dan banyak. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah:172)


Apabila kita bersyukur, Allah akan menambah anugerah-Nya. Jangan sekali-kali kita ingkar terhadap nikmat Allah dan melampaui batas, sebab jika kita ingkar terhadap nikmat Allah maka kebinasaan ada di hadapan kita.

Allah berfirman:

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى


“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. Thaaha:81)


Pentingnya makan yang halal dan bahaya makan yang haram

Permasalahan halal dan haram sangat penting sekali bagi seorang muslim, dan ini ditunjukkan langsung dengan pengaitan Allah Subhanahu wa Ta’ala antara makanan yang baik dengan amal shalih dan ibadah. Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (Qs. al-Mu’minun: 51).

Dan Ia berfirman, (yang artinya)“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Qs. al-Baqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!”1

Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya amal shalih seseorang. Hal ini tentunya cukup membuat kita memberikan perhatiaan yang serius dan berhati-hati dalam permasalahan ini.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan yang halal. Sedangkan memakan makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”2.

Hal ini sangat berbahaya sekali, perhatikan lagi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain:
أَيَّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.”3


Mudah-mudahan hal ini membuat kita lebih berhati-hati. Wallahu Al Muwaffiq.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.com
1 Dikeluarkan oleh Muslim dalam az-Zakaah no.1015, at-Tirmidzi dalam Tafsirul Qur’an no.2989,Ahmad dalam Baaqi Musnad al-Muktsriin no.1838, ad-Darimi dalam ar-Riqaaq no. 2717.
2 Jaami’ul’Uluum wal Hikam 1/260.
3 Bagian dari hadits yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam at-Targhiibu wa at-Tarhiib 3/17, awalnya, “Hai Sa’d perbaikilah makananmu niscaya do’amu diterima.” al-Haitsami menyebutnya dalam al-Mujama’ 10/294, ia berkata, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan pada sanadnya terdapat perawi yang saya belum mengenal mereka, adapun tambahan ini, shahih dengan banyak syahidnya dari Jabir dan Ka’b bin ‘Ujrah serta Abu Bakar ash-Shiddiiq sebagaimana dalam adh-Dha’ifah 3/293, dan dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dengan sepertinya dalam al-Jumu’ah no. 614 dari Ka’b bin ‘Ujrah pada sebahagian dari hadits panjang, lafazhnya, “Sesungguhnya tidak berkembang daging yang tumbuh dari makanan yang haram kecuali Neraka yang lebih pantas baginya.” Abu ‘Isa berkata, “Hadits ini hasan Gharib. Dan disahkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 501
Bolehkan Menjual Kotoran Ternak?
22 March 2009 1 Komentar

Assalamualaikum warohmatullahiwabaraokatuh…
Bagaimana hukumnya orang yang menjual “Kotoran Ternak”, seperti kotoran kerbau, sapi…

Ternak yang saya maksud adalah ternak yang halal pak Ustad…terima kasih

Anas Prapto
Alamat: P.Siantar
Email: anas.pra***@yahoo.co.id


Ustadz Kholid menjawab :
Menjual kotoran ternak hukumnya kembali kepada hukum kotoran tersebut apakah najis atau tidak? Bila tidak apakah memang bermanfaat atau tidak? Apabila kotoran dari hewan yang diperbolehkan untuk dimakan secara syar’i maka kotorannya pun suci tidak najis. Diantara dalilnya adalah kebolehan sholat ditempat berkumpulnya kambing yang jelas akan kencing atau buang kotoran di sana, seperti dalam hadits:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي مَرَابِضِ الْغَنَمِ

Artinya: “Dahulu Nabi pernah sholat di tempat berkumpulnya kambing” [ HR. Bukhari]

Dari sini jelaslah kesucian kotoran tersebut dan dilihat penggunaannya ternyata juga bermanfaat. Oleh karena itu menjualnya hukumnya halal
Wallahu a’lam.
Bekerja di Lembaga Ribawi
14 March 2009 3 Komentar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh..
Ustadz…selama saya belum mendapat pekerjaan baru/usaha baru apakah boleh saya tetap bekerja di Bank seperti saat ini?
Terimakasih

Agus Sugiarto
Sumatra

Wa’alaikumussalam…
Bekerja di lembaga ribawi hukumnya haram dan termasuk diancam dengan laknat seperti dalam hadits:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

Artinya: “Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.” [HR. Muslim]
Sehingga seorang muslim harus berusaha meninggalkannya dan bertawakkal kepada Allah dalam meninggalkannya. Jangan takut dengan pekerjaan, karena siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.

Bertawakkallah kepada Allah dan berusahalah mencari pekerjaan yang halal dan baik. Insya Allah dengan ketakwaan yang saudara miliki Allah akan memberikan solusi dan balasan yang baik.
Wassalam.

Artikel UstadzKholid.Com
Batasan Hujan Yang Dibolehkan Meninggalkan Shalat Di Masjid
16 March 2009 0 Komentar

Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh

Ustadz, Hujan yang bagaimanakah yang kita di beri keringanan untuk tidak sholat jama’ah di masjid karena sekarang musim hujan, apakah hujan gerimis / rintik-rintik termasuk? Jazakallahukhair atas jawabannya..

Abu Sulthon
Jl.Randu Barat 6 buntu no.8 sidotopo wetan surabaya

Jawab :

Hujan merupakan salah satu udzur tidak melakukan sholat berjamaah dimasjid dengan ketentuan membuat kita merasa susah berangkat kemasjid. Hujan itu umum mencakup gerimis dan lebat apabila memberikan rasa susah dan sulit maka diperbolehkan kita tidak berjamaah di masjid. Dasarnya adalah hadits Nafi’ Radhiallahu’anhu yang berkata:


أَنَّ ابْنَ عُمَرَ أَذَّنَ بِالصَّلَاةِ فِي لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ وَرِيحٍ ثُمَّ قَالَ أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ ذَاتُ بَرْدٍ وَمَطَرٍ يَقُولُ أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ

Artinya: “Sesungguhnya Ibnu Umar adzan untuk shalat dimalam yang dingin dan angin kencang, kemudian berkata أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ (sholatlah dirumah kalian ), kemudian beliau berkata : ‘Sesungguhnya Rosulullah memerintah muadzin apabila beradzan pada malam yang dingin dan hujan untuk menyatakan : أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ ‘ ” [HR. Bukhari]


Wallahu a’lam.

Wassalam
Bantahan Tuntas Pengakuan Dusta Seorang Agen MOSSAD [2]
29 March 2009 0 Komentar

[4]. Siapa Sebenarnya “TAKFIR MANIA” itu?
Masih dalam pemberitaannya, Suara Hidayatullah menukil hasil wawancara dengan sang Agen: “Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini adalah menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan (takfir -red) antar pihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingan sesama mereka…” [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD , paragraf 16, hal. 79].

Bantahan:
Jika yang dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah buku-buku salaf -dan tampaknya itu yang diinginkan sang Agen dan orang-orang yang meng-copy pemberitaan ini- maka ini adalah fitnah klasik yang coba dibangkitkan kembali gaungnya untuk memojokkan da’wah Salafiyyah.

Baiklah, akan kami perjelas duduk perkara yang sesungguhnya. Akan tetapi kami memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghirup nafas sedalam-dalamnya; karena akan muncul banyak “kejutan” dalam jawaban kami terhadap tuduhan dusta tersebut. Sekaligus sebagai “hidangan penutup” bagi Suara Hidayatullah dan hizbiyyin (fanatikus golongan) atas sumbangsih mereka dalam menebarkan fitnah keji sang Agen.

Seribu satu macam keheranan telah menghantui kami; tatkala da’wah Salafiyyah melalui da’wah dan buku-bukunya diopinikan sebagai biang keladi fitnah dan takfir (pengkafiran) antar sesama muslim. Ini merupakan tikaman yang kedua, setelah sebelumnya pada tikaman yang pertama, hizbiyyin menggerayangi da’wah Salafiyyah dengan tuduhan buku-buku salaf bersumber dari Yahudi (MOSSAD).

Insan-insan yang ikhlas dan jujur dalam berusaha menempuh jalan para pendahulu yang shalih, sangatlah berhati-hati dalam memvonis kaum muslimin yang jatuh ke lembah bid’ah dan kekufuran; sebagai ahlul bid’ah atau ahlu syirk. Bukanlah dikatakan seseorang itu Salafy jika dia selalu mengumbar kalimat-kalimat takfir (pengkafiran secara sporadis, radikal dan membabi buta -red) tanpa dilandasi ilmu yang kokoh. Justru jama’ah-jama’ ah yang mengambil bagian dalam penyebaran isu dusta tentang hubungan Salafiyyah dengan Yahudi memiliki karakter yang kental dalam masalah takfir ini. Kami tahu dengan pasti bahwa Suara Hidayatullah dengan latar belakang sejarahnya sampai kini, adalah penggemar-penggemar Sayyid Quthub, seorang tokoh legendaris Ikhwanul Muslimin yang memendam dan menyebarkan bid’ah takfir (pengkafiran) yang sangat radikal dan sporadis[1].

Tentang takfir ini, Sayyid Quthub mengkafirkan hampir seluruh kaum muslimin, termasuk para muadzin yang selalu mengumandangkan kalimat tauhid. Hal ini dapat dilihat pada tulisannya. Diantara pernyataan dia, ialah :

“Manusia telah murtad, (keluar dari Islam- red) kepada menyembah mahluk (paganisme) dan berbuat jahat terhadap agama serta telah keluar dari kalimat laa ilaha illa Allah. Walapun sebagian mereka masih mengumandangkan laa ilaha illa Allah di atas tempat beradzan.” [Fii Zhilalil Qur'an 2/1057, cet.Darusy Syuruq).

Simaklah ucapan Sayyid Quthub tersebut! Kami, kalian dan tidak terkecuali para muadzin di rumah-rumah Allah yang mengumandangkan nama-Nya; mendapat bagian dari rudal-rudal pengkafiran Sayyid Quthub. Dia begitu royal dalam mengkafirkan kaum muslimin secara mutlak dan global; hanya karena perbuatan dosa besar dan tindakan berhukum dengan hukum selain Allah; tanpa memberikan perincian sebagaimana Ahlussunnah memberikan perincian dalam masalah ini. Lalu apa yang dimaksud oleh Sayyid Quthub dengan ungkapan "manusia telah murtad (keluar dari Islam) kepada penyembahan makhluk"? Pernyataannya berikut ini akan memperjelas bagaimana sebenarnya latar belakang pemikiran bid'ah Sayyid Quthub sehingga mencetuskan kalimat pengkafiran tersebut :

"Manusia yang menganggap dirinya muslimah masuk ke dalam masyarakat jahiliyah, bukan karena menyakini uluhiyah kepada selain Allah. Bukan pula karena menunjukkan syiar-syiar peribadatan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'ala, akan tetapi mereka masuk ke dalam lingkup ini (kekafiran-red) karena tidak beribadah kepada Allah saja dalam hukum-hukum kehidupan (tidak berhukum dengan hukum Allah, dalam kehidupan sehari-hari -red)." [Ma'alim fi Thariq, hal.101, cetakan Darusy Syuruq].

Jelas dari ungkapannya ini, Sayyid Quthub mengarahkan “bedil takfir” kepada seluruh kaum muslimin yang tidak sesuai dengan pemikirannya.

Sayyid Quthub menyelisihi Salafus Shalih dengan menganggap sebab kafirnya manusia bukan karena peribadatan kepada selain Allah. Tetapi tidak lain disebabkan oleh berpalingnya manusia dari apa yang diistilahkan dengan “Tauhid Hakimiyah”[2] ; sebuah istilah baru yang kemudian dipopulerkan oleh “QFC” (Quthub Fans Club). Namun sebelum itu semua, kami ingin meyakinkan kepada orang-orang yang menuduh buku-buku salaf sebagai biang fitnah dan pengkafiran (takfir) : “Justru Sayyid Quthub, tokoh yang kalian elu-elukan sebagai Asy-Syahid adalah seorang “maniak” dalam masalah takfir (kafir-mengkafirkan )”.

Jika kalian butuh bukti, kami harapkan ucapan-ucapan Sayyid Quthub berikut ini akan menyingkap tabir keraguan :

“Orang yang tidak mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hakimiyah disemua zaman dan tempat adalah orang-orang musyrik. Tidak keluar mereka dari kesyirikan ini, walaupun mereka berkeyakinan terhadap laa ilaaha illallah dan tidak punya syiar (peribadatan) yang mereka tujukan kepada selain Allah subhanu wa ta’ala” [Fii Zhilalil Qur'an 2/1492,cetakan Darusy Syuruq].

Masih belum yakin juga? Bagaimana dengan yang ini :

“Dipermukaan bumi ini, tidak ada satu pun negara Islam dan tidak pula masyarakat muslim” [Fii Zhilalil Qur'an, 2/2122].

Entah bagaimana harus meyakinkan kalian jika yang satu ini masih juga belum cukup :

“Manusia telah kembali kepada kejahiliyahan dan keluar dari laa ilaaha illallah…. Manusia seluruhnya, termasuk orang-orang yang mengumandangkan kalimat laa ilaaha illallah pada adzan di timur sampai barat bumi ini tanpa pengertian dan pembuktian nyata , bahkan mereka ini lebih berat dosa dan adzabnya pada hari kiamat, karena mereka telah murtad kepada penyembahan makhluk, setelah jelas bagi mereka petunjuk dan setelah mereka berada di agama Allah” [Fii Dzilalil Qur'an 2/1057, cet. Darusy Syuruq].

Lalu siapakah sebenarnya diantara kita yang “getol” dalam masalah kafir-mengkafirkan itu?

[5]. Salafiyyin, Antek Zionis (Yahudi)?
Masih dalam pemberitaan Suara Hidayatullah, sang Agen kembali beraksi dalam drama fitnahnya dengan berkata: “…Anda dapat melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan dan Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis bahwa ini semua dibiayai oleh para donatur Saudi padahal MOSSAD ada dibelakang semua ini.” [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD, paragraf 17 hal. 79].

Bantahan :
Perkataan ini menimbulkan opini bahwa da’wah Salafiyyah melalui buku-bukunya, didanai oleh MOSSAD melalui kerajaan Saudi Arabia. Namun orang-orang yang sudah ada penyakit dalam hatinya menafsirkan kalimat-kalimat berbisa dari mulut agen ini sehingga sesuai dengan tuduhan-tuduhan basi mereka.

Fitnah ini pernah diungkapkan oleh Laskar Hikmatiyar, di Harian mereka “Syahadat“, no. 338, tanggal 28 Dzul Qo’dah 1411 H, dibawah judul “Kesempatan masih ada” dan pernah pula diucapkan oleh Muhammad Surur Zainal Abidin, dia adalah seorang Ikhwani (kepadanyalah nisbat pemahaman Sururi), yang dengan senang hati pindah dari negara Islam, negara kaum muslimin, negara yang penuh dengan ulama’, negara yang ada dua kota suci kaum muslimin di dalamnya, negara yang menegakkan Syari’at Islam (Saudi Arabia) menuju negara kafir, kampung halaman zionis (Inggris) di kota Birmingham dan mendirikan markaz hizbinya yang bernama Al-Muntada Al-Islami, kemudian dari sana dia menghembuskan racun-racun fitnah kesetiap negeri-negeri kaum muslimin, memicu perpecahan antara aktivis-aktivis da’wah dengan pemerintah, sehingga mereka sibuk mengkafirkan penguasa muslim mereka, dan melupakan menuntut ilmu, dan da’wah tauhid. Bukankah hal ini akan membuat Yahudi tersenyum gembira ?? Sehingga mereka tidak harus susah payah merogoh kantong untuk membiyai mega proyek dengan tema utama : “Bagaimana memecah belah kekuatan Islam”.

Muhammad Surur yang bermarkas di Inggris bersama pendahulu-pendahulu nya yang memiliki pemikiran Sayyid Quthub, punya andil besar dalam pertumpahan darah di dunia Islam antara penguasa muslim dan rakyatnya yang muslim. Hal inilah yang terjadi di Mesir, Suriah, Tunisia, Al-Jazair dan hampir terjadi di negeri tauhid Saudi Arabia. Ini semua disebabkan oleh pengkafiran membabi buta terhadap penguasa muslim yang dilakukan oleh para pengagum pemikiran Sayyid Quthub. Akhirnya Yahudi tidak perlu turun tangan untuk menghancurkan kaum muslimin secara langsung.

Muncul sebuah pertanyaan besar yang sangat menggelikan; bagaimana mungkin markas Muhammad Surur ini di biarkan oleh Inggris muncul di salah satu pusat pemerintahan mereka ? Apakah agen-agen zionis Inggris tidak tahu tentang kegiatan da’wah Al-Muntada ? Atau, apakah Inggris memiliki kepentingan zionisme dengan membiarkan mereka menyerang negeri muslim dengan pemikiran sesat sebagaimana Inggris membiarkan ajaran sesat Ahmadiyah yang merusak aqidah kaum muslimin di seluruh dunia; dimana Ahmadiyah juga bermaskas di Inggris.

Kemudian fitnah ini diadopsi dan disebarkan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap da’wah salafiyyah, sehingga para pemuda yang terburu-buru “terjun” ke medan da’wah dan politik termakan oleh fitnah ini (Bahwa Saudi adalah antek AS-Yahudi). Maka tanyakanlah kepada da’i-da’i kalian, bukankah sebagian dari mereka sekolah dengan dana-dana dari Arab Saudi?? Sehingga diantara mereka ada yang kuliah di Saudi dengan beasiswa pemerintah Saudi, bukankah sebagian diantara mereka bekerja di lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi? Bukankah sebagian dari mereka mendapat gaji sebagai da’I dari lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi? Seperti Atase Agama Kedutaan Arab Saudi, Robithoh Al-Alam Al-Islamy, Haiatul Igotsah Al-Islamiyyah, Yayasan Al-Haramain. Bahkan ada diantara mereka berangkat menunaikan ibadah haji dengan biaya pribadi Raja Fahd bin Abdul Aziz . Kenapa kalian tidak mengatakan mereka antek-antek zionis karena menggunakan dana-dana Saudi?

Kalian mendirikan sekolah di desa Toya, Lombok Timur (NTB), yang tenaga pengajar sebagian besar adalah da’i-da’i kalian, dan siswa-siswanya- pun dari teman-teman kalian. Sekolah ini dibiayai oleh Lajnah-Da’wah dan Ta’lim (L-DATA) cabang Jakarta, yang pusatnya di Riyadh-Arab Saudi, tanyakan kepada da’i-da’i kalian jika mereka bisa berbicara! Niscaya mereka akan mejawab “ya” dengan “malu-malu”, atau akan menjawab “tidak” (berdusta pada kalian), jika kalian belum puas kami dapat membawakan nama-nama mereka dengan bukti yang akurat. Apakah kalian akan mengatakan mereka (dai-dai kalian) sebagai antek-antek zionis, karena mereka mendapat gaji dari Saudi Arabia?

[6]. Siapa Sebenarnya Yang “Main Mata” Dengan Yahudi ??
Kalian telah menuduh da’wah Salafiyyah punya hubungan dengan Yahudi. Maka kini kesempatan kami dengan bukti-bukti yang kokoh untuk menunjukkan bagaimana sesungguhnya sikap tokoh-tokoh kalian terhadap Yahudi.

Hasan Al-Banna berkata : “…Maka saya mengulangi, sesungguhnya permusuhan kami dengan Yahudi bukan permusuhan agama…” [Lihat Al-Ikhwanul Muslimun Ahdatsun Sona'at At-Tarikh (1/409-410)] .

Tidakkah ucapannya ini menyakitkan muslimin dan mujahidin di Palestin yang berjuang untuk meninggikan kalimat Allah ?? Walaupun begitu, Hasan Al-Banna masih tega untuk berkata : “…Dan tidaklah gerakan Ikhwanul muslimun itu menentang satu aqidah tertentu (dari aqidah-aqidah yang ada), atau agama tertentu (dari agama-agama yang ada),…” [Lihat At-Thoriq ilal Jama'aitil Um 132]

“…Bahkan orang-orang Yahudi yang tinggal di sini (Mesir), tidak ada antara kami dan mereka kecuali hubungan baik belaka.” [Lihat At-Thoriq ilal Jama'aitil Um 132]

Dan Yusuf Qardhawi pun berkata : “Sesungguhnya kami tidak memerangi Yahudi karena aqidah, akan tetapi hanya karena mereka merampas tanah kami” [Koran Harian Ar-Royah, Qothar, hal. 17 edisi : 4696 Rabu, 24 Sya'ban 1415 H / 25 Januari 1995 M]

Tidak!! Jangan katakan kami memfitnah sebelum kalian melihat pada sumber-sumber yang kami sebutkan!.Tidak !!, kami tidak menuduh mereka agen zionis seperti kalian menuduh Salafyyin dan Arab Saudi (secara zholim) sebagai agen Zionis. Tapi ada apa dibalik sikap tokoh kalian dengan orang-orang Yahudi?

Bagaimana Dengan Jama’ah Tabligh?
Dan buat saudara-saudara yang menisbatkan dirinya pada Jama’ah Tabligh, sesungguhnya kalian pun telah mengadopsi fitnah ini, yang kalian hembuskan sejak dahulu, ketika kalian menjadi dengki sebab banyak dari saudara-saudara kita mendapat hidayah untuk mengikuti sunnah Rasulullah dalam aqidahnya, ibadahnya, dan muamalahnya. Tidak hanya terbatas pada sunnah makan, tidur, dan buang hajat saja ! Kemudian kalian mendapat “secercah cahaya” (pemberitaan “Suara Hidayatullah” , yang sebenarnya tidak pantas dikatakan cahaya) ditengah kebingungan kalian mencari bukti.

Cukuplah penjelasan kami pada awal-awal pembahasan ini sebagai bantahannya; bahwa bukti kalian bukanlah bukti, hanya bualan, ; bahwa dalil kalian lebih rapuh dari rumah laba-laba, rapuh dari segala segi, kalau seandainya dalil itu selamat dari satu segi, maka dia tidak akan selamat dari banyak segi. Kalian hanyalah “burung beo” dari ucapan sang agen yang sama sekali tidak membawa bukti. Tidakkah kalian mendengar sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

البينة على المدعي و اليمن على من أنكر

Artinya : “Hendaklah ada bukti bagi orang yang menuduh dan ada sumpah bagi yang mengingkari” [Hadits Hasan Riwayat Al-Baihaqi, Lihat kitab Arba'in Nawawiyyah Hadits No.33]

Lantas kenapa kalian tidak mengamalkannya ?? Atau kalian menganggap ini adalah ilmu masail yang tidak perlu dipelajari! Atau kalian tidak paham maknanya? Atau kalian pura-pura tidak tahu akan hadits ini? Atau pura-pura tidak paham maknanya? Karena kalian dengki kepada kami!! Mengapa kalian begitu benci kepada orang yang selalu menasehati kalian dengan ikhlas? Membawakan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih, membawa bukti dari kitab-kitab kalian, atau kalian sudah seperti orang-orang Syi’ah yang 99 % agamanya taqiyyah (bohong) seperti orang-orang munafiq?

Ada Apa Antara Jama’ah Tabligh Dan Zionis Inggris Di India?
Kami telah membantah tuduhan Jama’ah Tabligh (Amir Bid’i cs.) yang mengaitkan da’wah Salafiyyah dengan zionis internasional (AS, Yahudi dan Inggris). Kini saatnya kami ingin membalik keadaan melalui beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut akan muncul setelah kita menilik berita temuan kami berikut ini

Hifdzurrahman As-Sayuharwi, mantan anggota parlemen India menyatakan, “Dulu, penguasa Inggris di India membantu gerakan Jama’ah Tabligh di awal perkembangannya dengan harta Haji Rasyid Ahmad, kemudian memutus bantuannya.” [Lihat: Haqiqah Dakwah Ila Allah, hal. 66 dan Jama'ah Tabligh Fi Qarah Hindiyah, hal. 65. Menukil dari Mukalamah Ash-Shadriyin, hal. 4 Cet. Diyobant India]

Kami tidak akan bersikap zhalim dengan menelan bulat-bulat pemberitaan tersebut. Kami tidak akan mengatakan berita ini shahih, tidak pula dusta. Akan tetapi ini adalah sebuah fakta yang berkembang melalui sebuah buku yang dicetak di India (Diyobant), silahkan cek sendiri kebenarannya, kemudian jelaskanlah secara mendetail kepada ummat : “Ada hubungan apa gerangan antara Jama’ah Tabligh dengan Inggris di India…?” Sebab tidak akan pernah sirna dari ingatan ummat bagaimana Inggris menjalin hubungan asmara dengan Yahudi dan AS dalam menghancurkan negeri-negeri Islam.

Konsep Jihad Menurut Jama’ah Tabligh, Sangat Menguntungkan Yahudi.
Jama’ah Tabligh punya pemahaman yang aneh tentang jihad dalam Islam. Jama’ah Tabligh meniadakan konsep Jihad dalam artian perang mengangkat senjata melawan musuh-musuh Islam. Bagi mereka, yang dikatakan jihad adalah khuruj (berkelana pindah-pindah dari masjid ke masjid) selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan.

Konsep ini tentu saja membuat Yahudi dan musuh-musuh Islam bersorak-sorai dalam pesta kegembiraan. Betapa tidak; Islam hanya akan jadi boneka mainan AS dan Yahudi jika makna jihad hanya diartikan dengan melancong, ber-jaulah dan hanya berdiam diri masjid.

Seenak perutnya mereka menafsirkan firman Allah:

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ

Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, memuji (Allah), as-Saaihun, yang ruku’, yang sujud.” [QS. At-Taubah ; 112]

Menurut Jama’ah Tabligh, as-Saaihun (orang-orang yang mengembara) dalam ayat tersebut dimaksudkan kepada orang-orang yang khuruj. Ini adalah kejahilan terhadap Kitabullah. Sebab yang dimaksud dengan As-Saaihuun (orang-orang yang mengembara), ialah orang-orang yang berjihad (perang) di jalan Allah. Ibnu Katsir (Seorang Ahli Tafsir) berkata, “Ada bukti yang menguatkan, bahwa yang dimaksud dengan siyaahah di sini ialah jihad….bukan maksudnya siyaahah yang dipahami oleh sebagian orang yang beribadah hanya dengan melakukan siyaahah (pengembaraan) di muka bumi.” [Tafsir Ibnu Katsir : II/407]

Hal ini terungkap dari penuturan Nadhar M. Ishaq Shahab, penulis buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 74, penerbit Pustaka Billah] ; dimana dia menganggap pemberangkatan pasukan perang yang dipimpin oleh Usamah radhiallahu ‘anhu sebagai jama’ah khuruj -na’udzubillah-. Masih dalam buku yang sama, [hal. 22] penulis berkata : “Yang bermujahadah untuk mendapatkan kekuatan fisik adalah kaum ‘Ad”

Subhaanallah, betapa kejinya ungkapan ini; sebuah sindiran yang halus terhadap para Sahabat yang menjalankan perintah Allah dalam mempersiapkan kekuatan fisik dan material untuk menyambut seruan menuju Syahid (perang di jalan Allah) :

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ

Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. ” [QS. Al-Anfal: 60]

Jama’ah Tabligh memalingkan makna hadits yang berbicara tentang keutamaan jihad (perang) kepada pengertian “khuruj ala Tabligh“; yaitu “tamasya da’wah” selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Sebagaimana yang diungkapkan dalam buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 56].

Demikianlah Jama’ah Tabligh dalam memahami jihad, sebuah pemahaman yang akan merugikan kaum muslimin diseluruh dunia dan menjadikan musuh-musuh Islam leluasa dalam melakukan makarnya tanpa mengkhawatirkan adanya perlawanan kaum muslimin melalui seruan kalimat-kalimat jihad yang suci.

Syaikh Saifur Rahman bin Ahmad Ad-Dahlawi berkata : “Salah satu ciri khas jama’ah ini ialah, mereka meyakini, bahwa siapa yang keluar bersama mereka dalam kerja dakwah berjama’ah, berarti telah melakukan jihad yang besar bahkan akbar. Mereka beranggapan, keluar bersama mereka dalam kerja dakwah berjama’ah ini lebih afdhal daripada memerangi musuh-musuh Allah dan RasulNya, lebih afdhal daripada memelihara kemurnian Islam dan keutuhan kaum muslimin. Bukti yang menguatkannya ialah pernyataan seorang ‘ulama dan para penuntut ilmu pada masa peperangan jihad Afghanistan melawan komunis, bahwa Jama’ah Tabligh mendatangi tempat-tempat mereka untuk mengajak mereka khuruj bersama jama’ah mereka! Barang siapa melakukannya (yakni khuruj -red), berarti ia telah melaksanakan sunnah para nabi dan rasul, telah melaksanakan sunnah sayyidul anbiyaa’ wal mursalin, Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Bererti ia telah keluar seperti halnya sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in dalam peperangan medan jihad.” [I'tibariyah Haula Al-Jama'ah Tablighiyah, hal. 51]

Anehnya, Jama’ah Tabligh meyakini bahwa inilah “kerja dakwah”para Sahabat semasa hidupnya. Kami katakan : Bagaimana mungkin para Sahabat akan mampu menaklukkan kerajaan Persia, Romawi dataran Afrika sampai Eropa timur hanya dengan “jihad” berupa pindah-pindah masjid dan ber-jaulah ria tanpa menebar da’wah tauhid, mengangkat tombak, tanpa bernaung di bawah kilatan pedang, tanpa melesakkan anak-anak panah tepat di jantung-jantung kuffar. Bagaimana mungkin Jama’ah Tabligh bisa lebih mulia dalam khuruj-nya dibandingkan tentara-tentara Allah yang mempertaruhkan jiwa dan raganya bertempur dan berkemul dengan debu-debu jihad fi abilillah.

Wahai saudara-saudara yang menisbatkan diri pada Jama’ah Tabligh! Carikan kami dalil sepotong saja yang jelas menceritakan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya dahulu pindah dari satu masjid kemasjid yang lain seperti kalian! Padahal dahulu sudah ada Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Quba’ dan Masjidil Aqso. Mana bukti kalian mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam berda’wah?

[7] Ekslusivisme Dan Fanatisme Ekstrim; Andil Jama’ah Tabligh Dalam Menimbulkan Perpecahan Ummat
Salah satu senandung Jama’ah Tabligh dan hizbiyyin yang paling jahat adalah menuduh da’wah salafiyyah sebagai penyebab perpecahan dalam tubuh ummat Islam.

Bantahan:
Dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang menyerukan “Persatuan Islam” yang hakiki, yaitu di atas aqidah dan keyakinan yang benar menurut pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagaimana para sahabat telah membangun asas-asas persatuan tersebut. Allah telah berfirman:

فَإِنْ آمَنُواْ بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)” [QS. Al-Baqarah : 137].

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً . فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين عضوا عليها بالنواجذ , وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعةضلالة

Artinya: “Barang siapa yang hidup sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah-sunnah Khulafa’ Ar-Rasyid yang terbimbing dan lurus sesudahku. Gigitlah ia dengn gigi geraham kalian. Dan awaslah kalian terhadap setiap perkara baru yang diada-adakan (bid’ah-red) , karena setiapnperkara yang diada-adakan adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” [Hasan Shohih, H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi] .

Jika seseorang telah menyimpang dari aqidah yang benar, tidak berpegang teguh kepada sunnah dan pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya, maka sungguh ia berada dalam permusuhan dengan Rasulullah dan para sahabatnya dan orang orang yang berpegang teguh dengan sunnahnya (mengikuti mereka dengan baik).

Justru Jama’ah Tabligh dengan banyak penyimpanganya dalam masalah aqidah dan manhaj, telah memposisikan dirinya sebagai penyebab perpecahan ummat. Salah satu ajaran Shufi yang sangat populer ialah ketundukan mutlak kepada pemimpin atau guru, benar atau pun salah perintah gurunya itu. Ali Wafa berkata, “Murid yang sejati dalam berperilaku di hadapan Syaikhnya, laksana mayat yang terbaring di hadapan petugas yang memandikannya. ”

Kelihatannya, prinsip taklid buta ini juga dipegang oleh Jama’ah Tabligh. Dalam buku Hikmah Usaha Hidayat, karangan Muhammad Yunus Suraji Panidi, hal.102 disebutkan, “Jama’ah manapun yang datang dari luar negeri sekalipun, apabila mengusulkan atau mengajukan sesuatu yang baru dalam hal kerja Tabligh ini, hendaklah segera menghubungi Nizhamuddin (Markas besar mereka di India), sebelum menerima dan mengamalkan apapun dari usulan itu, walaupun kelihatan baik.”

Dan Jama’ah Tabligh sangat fanatik pada usaha “khuruj”-nya, dan mereka menangisi orang-orang yang meninggalkan “khuruj” bersama mereka, seolah-olah mereka tidak melihat adanya usaha da’wah diluar Jama’ah mereka, padahal “khuruj” ini hanya hasil pemikiran pendiri Jama’ah ini. Hal ini jelas menunjukkan kefanatikan mereka yang ekstrim. Bentuk fanatisme seperti ini, bukankah akar dari setiap perpecahan dan pertikaian di mana setiap kelompok bangga dengan kelompoknya. Ini adalah sikap orang-orang musyrik sebagaimana yang dikabarkan Allah dalam firman-Nya : ”

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِين َمِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعاً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Artinya : “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [QS. Ar-Ruum : 31-32]

Kefanatikan Jama’ah Tabligh juga terlihat dari cara mereka yang melampaui batas dalam mengkultuskan kitab Fadhail Amal. Mereka lebih suka “ber-bayan ria” dalam setiap kali khuruj ketimbang mempelajari Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits yang shahih untuk diamalkan dan dida’wahkan. Padahal dalam kitab tersebut banyak hadits-hadits dhoif, dan palsu, serta cerita-cerita hayalan kaum sufi yang sama sekali bertentangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu diantara “1001″ khurafat yang terdapat dalam Fadhail Amal pada bab keutamaan haji adalah kisah tentang Ahmad Rifa’i yang mengunjungi makam Rasulullah pada tahun 555 H; dimana dia berdiri di depan makam Rasulullah dan membacakan dua bait syi’ir, lalu Rasulullah mengeluarkan tangannya dari dalam kubur yang selanjutnya dicium oleh Ahmad Rifa’i. Lihatlah, bagaimana mereka membawakan cerita, yang para sahabat dan Imam-imam pun belum pernah mengalami hal sehebat Ahmad Rifa’I ini.

Masih dalam kerangka fanatisme dan ekslusivisme yang memecah belah ummat ; Jama’ah Tabligh mengikat para anggotanya dengan sumpah setia (bai’at) yang menyimpang dari Sunnah. Pada tahun 1315 H, Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi -pendiri Jama’ah Tabligh- memberikan bai’at shufiyah kepada Rasyid Ahmad Al-Kankuwi yang sangat dicintainya. Setelah meninggalnya Rasyid Al-Kankuwi, kemudian beliau memperbaharui bai’at-nya kepada Kholil Ahmad As-Saharunfuri yang memberikan izin kepadanya mem-bai’at orang lain ala manhaj shufi. [Jama'ah Tabligh Fi Syibhil Qarah Hindiyah, karya Sayid Thalibur Rahman hal. 21 dan Haqiqat Da'wah Ila Allah karya Sa'ad Al-Husein hal. 62]

[8] Sisi Kemiripan Jama’ah Tabligh Dengan Yahudi
Semua ini berawal dari tuduhan dusta Jama’ah Tabligh terhadap da’wah Salafiyyah sebagaimana yang telah jelas bagi pembaca. Maka dihalaman terakhir ini, kami ingin mengungkap sesuatu yang tersembunyi bagi para pembaca; tentang “Tiga Belas Asas Da’wah Jama’ah Tabligh”. Ada satu poin dari 13 asas tersebut yang justru menunjukkan “kemiripan” Jama’ah Tabligh dengan Yahudi. Entah mereka sadar akan hal ini atau tidak.

Nadhar M. Ishaq Shahab dalam bukunya “Khuruj fii Sabilillah” [hal. 27, penerbit Pustaka Billah, Bandung], membawakan 13 asas Da’wah (menurut Jama’ah Tabligh). Pada poin yang ke-5 dia berkata : “Amar ma’ruf, bukan nahi munkar”

Prinsip inilah yang menyebabkan hancurnya Bani Israil. Entahlah, Jama’ah Tabligh dan Yahudi dalam hal yang satu ini, tampaknya ada kemiripan. Allah telah berfirman tatkala menggambarkan prinsip dan sikap Yahudi : ”

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ كَانُواْ لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ

Artinya : “Telah dilaknati orang -orang kafir dari bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS. Al-Maidah: 78-79]

Sungguh menakjubkan, begitu cepat Yahudi mengetahui rahasia dari sebuah “chaos” (malapetaka yang dahsyat). Prinsip yang telah menyebabkan kehancuran peradaban inilah yang coba mereka tembakkan ke negeri-negeri kaum muslimin. Agar umat Islam tidak lagi menegur saudaranya yang menyimpang dari aqidah dan sunnah yang lurus, agar kaum muslimin tidak lagi mencegah saudaranya yang berbuat syirik, bid’ah dan maksiat. Jika hal ini telah merata di bumi-bumi Islam maka tunggulah kehancuran. Prinsip ini juga membuktikan bahwa Jama’ah Tabligh bukanlah Jama’ah yang membawa kebaikan justru membawa kerusakan dengan tidak memperdulikan kemungkaran yang bertengger di depan hidungnya.

Dan membuktikan pula bahwa Jama’ah ini bukanlah Jama’ah yang membawa ilmu, yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya :

Artinya: “Yang akan terus menerus membawa ilmu agama ini pada setiap generasi adalah orang-orang yang adil dan terpercaya ilmu agamanya dan perangainya. Mereka yang membawa ilmu agama dengan kriteria demikian itu melakukan gerakan-gerakan : (1) Meluruskan kembali penyimpangan kalangan ekstrimis dalam memahami agama. (2) Membantah kedustaan para pendusta yang ingin mengekspliotasi agama demi kepentingan pribadi atau golongannya. (3) Meluruskan kembali kesalahan penafsiran agama yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh ” [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh wa Ta'dil 1/1/17 dan Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra 10/209]

Dan Jama’ah Tabligh telah membuktikan prinsip tersebut dengan masih menjamurnya simbol-simbol kesyirikan dan bid’ah di India, Pakistan -negeri kayangan yang dielu-elukan Jama’ah Tabligh-. Padahal jumlah mereka yang keliling dunia hampir jutaan. Bukankah syirik dan bid’ah adalah dua dosa besar yang bertengger di papan atas yang mengalahkan dosa-dosa kelas kaliber lainnya ? Inilah akhir dari bantahan kami.

إذا لم تستح فاصنع ما شئت

Artinya: “Jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu” [HR. Bukhori, Arbain Nawawi No. 20]

[Disalin dari Risalah Dakwah Al-Hujjah, Edisi Khusus/Rabi' ul Akhir/1424H Islamic Center Al-Hunafa' Masjid 'Aisyah Lt II, Jl Soromandi No.1A Lawata - Mataram Tlp 0370-642405]

Sumber : http://almanhaj. or.id/index. php?action= more&article_ id=802&bagian= 0
[1] Kami membedakan antara pengekor hizby (kelompok / jama’ah) dengan tokoh-tokohnya, dan prinsip dasar jama’ah itu sendiri. Kritikan-kritikan pedas para ulama’ Ahlussunnah hanya ditujukan kepada tokoh-tokoh hizby dan prinsip-prinsip mendasar hizby yang menyimpang, dikarenakan bahaya pemikiran dan da’wah mereka bagi umat Islam. Sedangkan pengekor hizby adalah sekumpulan pemuda-pemuda Islam yang terbakar semangatnya dikarenakan pengaruh pemikiran tokoh-tokoh hizby dan tanpa sadar telah mempraktekkan prinsip-prinsip hizby yang menyimpang. Mereka ini tidak tahu menahu tentang hakikat hizby yang sesungguhnya. Kepada mereka tidak boleh bersikap keras; da’wah dan nasehat kepada mereka haruslah sesuai dengan asal prinsip dak’wah Ahlussunnah yaitu : “Lemah Lembut” . Kaidah ini berlaku bagi setiap jama’ah bid’ah lainnya


[2] Apa dan bagaimana Tauhid Hakimiyah menurut Quthbiyyin (pengekor Sayyid Quthub)? Bagaimana pemahaman yang lurus menurut Al-Qur’an dan hadits serta penjelasan salaf ? Insya Allah Al-Hujjah akan menerbitkan risalah khusus tentang takfir; kaidah Ahlussunnah dan hukum-hukum yang berkaitan tentangnya
Bantahan Tuntas Pengakuan Dusta Seorang Agen MOSSAD [1]
26 March 2009 4 Komentar

مَّا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِباً

Artinya : “Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak berkata (sesuatu) kecuali dusta” [QS. Al-Kahfi : 5]

Orang-orang yang menebarkan isu dusta tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan zionis Yahudi (MOSSAD) melandaskan tuduhan mereka pada bukti-bukti dan cara pengambilan dalil yang keji, sekaligus konyol dan menggelikan. Dalam hal ini, dua bentuk dagelan telah dipertontonkan secara vulgar tanpa malu :

1. Pertama: Adalah “Suara Hidayatullah” , sebuah media masa yang cukup tersohor di tanah air. Dalam pemberitaannya [edisi 01/XVI/Rabiul Awwal 1424 hal.78-79 "Pengakuan AGEN MOSSAD"] telah memuat nukilan-nukilan sampah yang berisi fitnah batil tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan Zionis Yahudi (MOSSAD). -na’udzubillah-

2. Kedua: Seorang pentolan Jama’ah Tabligh bernama “Amir Sunni” -yang lebih pantas disebut “Amir Bid’i”- juga telah menebarkan isu serupa di sebuah situs internet [file-nya ada pada kami-red]. Amir Bid’i yang telah lama berkecimpung dalam dunia khuruj (ala Jama’ah Tabligh), mimpi dan bualan-bualan antik kaum shufi, telah berkata dalam tulisannya yang ditujukan kepada kami: “ ….YAHUDI senang dengan Gerakan kalian. Sebab banyak mulut sedikit amalan. Ada juga yang NATO -Non Action Talking Only- dan saya juga mendengar bahwa kalian… Wahai saudaraku yang Salafy… adalah antek-antek Yahudi….“.

Inilah dua bentuk dagelan yang kami maksudkan. Dan sejenak lagi Anda akan simak bagaimana kami menelanjangi pemeran-pemeran utama dalam aksi dagelan ini, sehingga kebenaran terungkap. Tidak lain hal ini kami lakukan untuk menutup pintu-pintu fitnah, berusaha semaksimal mungkin menetralisir keadaan sehingga bara fitnah ini tidak berkobar menjadi api yang membumbung diantara sesama Muslim, sekaligus sebagai nasihat bagi “Suara Hidayatullah” dan orang-orang yang ikut andil dalam menyebar fitnah ini.

Sebelum masuk pada inti bantahan; kami ingin merunut kronologi fitnah ini.

1. Pertama, sang Agen MOSSAD menebarkan benih fitnah dan kedustaan.

2. Kedua, pengakuan sang Agen Yahudi dimuat oleh Suara Hidayatullah (tanpa mencari kebenaran).

3. Yang ketiga; Jama’ah Tabligh, hizbiyyin -fanatikus golongan- dll, menyambut gembira pemberitaan tersebut. Tiba-tiba mereka tergopoh-gopoh meng-copy, menyebarkannya, menempelnya di papan-papan kampus; bahkan seorang aktivis Jama’ah Tabligh (JT) dengan bangga mengirimkannya kepada kami.

وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya : “Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar.” [QS. An-Nuur : 11].

Maka jangan terkejut jika kami akan membagi-bagikan bantahan kepada mereka yang telah memberi sumbangsih bagi menyebarnya fitnah dusta yang sangat mengerikan ini.

Suara Salafiyyin Buat “Suara Hidayatullah”
Majalah “Suara Hidayatullah” dalam tajuk yang telah kami sebutkan, menukil hasil wawancara yang dilakukan oleh harian Al-Hayat, London dan televisi LBC, Beirut yang kemudian hasil wawancara tersebut diterbitkan oleh Tabloid An-Naas no. 127. Kemudian Tabloid Al-Basya’ir edisi akhir Shafar 1424 atau awal April 2003 yang terbit di Sana’a, Yaman, kembali menurunkan wawancara tersebut yang selanjutnya dimuat oleh Suara Hidayatullah dengan judul : “Pengakuan Seorang Agen MOSSAD“. Agen biadab yang punya saham atas meninggalnya banyak muslimin di Palestina tersebut mengaku bahwa Dakwah Salafiyyah diperalat oleh Yahudi -ya Allah hancurkanlah kedustaan ini-. Berikut adalah bantahan kami terhadapnya yang kami susun dalam beberapa sub-judul :

[1]. Metode Pengambilan Dalil Yang Rusak
Harian Al-Hayat, Al-Basya’ir dan termasuk Suara Hidayatullah, mengambil berita dari seorang pengkhianat Agama yang fasiq lagi pendosa. Dia adalah seorang Palestin yang sudi bergabung dengan Zionis MOSSAD untuk menyembelih saudara sendiri demi wanita dan uang. Simaklah pengakuannya: “Di sana mereka (MOSSAD-red) menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh sarana kenikmatan. Tetapi mereka merekam saya ketika saya berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita, hal ini sebagai salah satu cara mereka memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari.” [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD, paragraf 7. hal.78]

Bantahan:
Pengakuannya yang seolah-olah tanpa dosa, menunjukkan kehidupan Agen biadab tersebut selalu ditemani oleh lumpur kemaksiatan. Akan tetapi Suara Hidayatullah -entah karena kebodohan atau dengan sengaja ingin meniup bara-bara kebencian diantara kaum muslimin- menukil lalu menyemprotkannya kepada khalayak tanpa tabayyun (mencari kejelasan) terlebih dahulu terhadap kebenaran pengakuan seorang pendosa yang kelewat fasiq itu. Padahal Allah mengecam sikap seperti ini dalam firman-Nya.:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keaadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [QS. Al-Hujurat : 6]

Ketahuilah bahwa seorang yang fasiq apalagi pengkhianat agama tidak diterima kesaksiannya. Lihat penjelasan tentang hal ini dalam Kitabul Majmu’ Syarhul Muhadzdzab oleh Imam Nawawi 23/16 “Kitabu asy-Syahadah” cetakan Beirut Libanon 1422 H / 2001.

Imam Muslim dalam muqaddimah shahih-nya mengatakan setelah membawakan ayat tersebut: “Ayat ini menunjukkan bahwa berita seorang yang fasiq, gugur tidak diterima” [Kitab Shahih Muslim, Muqaddimah : I/23 cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع كفى

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar (tanpa mencari kejelasan)” [Shahih Muslim I/24, cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].

Sikap Suara Hidayatullah yang melansir berita tanpa mencari kejelasan terlebih dahulu, merupakan gambaran sikap para pendusta sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits tersebut. Hal ini tentu tidak lebih baik ketimbang tabloid-tabloid seronok yang memuat gosip, dan menebar racun di tengah-tengah kaum muslimin untuk meraup keuntungan. Sebaiknya Suara Hidayatulah mengganti judul pemberitaannya dengan kalimat berikut ini “Asalkan menyudutkan Salafy, berita dari Agen MOSSAD..kenapa tidak !!“.

Tidakkah kalian curiga terhadap agen ini, bukankah ia hasil binaan Yahudi?? Apakah kalian tidak curiga dalam kepalanya masih tersisa virus-virus pemikiran Yahudi?? Apakah kalian tidak mengira bahwa Yahudi jauh sebelumnya, telah mempersiapkan agen berkebangsaan Palestina ini sebagai bom terakhir jika tertangkap? Bom yang akan meledak (tanpa kita sadari) jika ditanya? Kenapa kalian bisa tertipu? Bukankah kalian orang yang -mengaku-lebih mengerti tentang politik dan fiqhul waqi’?

Alangkah mudahnya “Suara Hidayatullah” mengutip berita tanpa merasa curiga sama sekali terhadap wawancara dan hasilnya tersebut, yang dimuat oleh harian Al-Hayat; dimana harian tersebut tumbuh di kampung halaman zionis (Inggris-London), negara musuh Islam, negara pelopor dan pendukung berdirinya “Israel Raya”, negara yang punya andil dalam pembantaian kaum muslimin dan ulama’-ulama’ Islam dari zaman Bani Umayyah di Andalus, negara pelopor perang salib, negara penghancur Daulah Utsmaniyyah di Turki, negara penjajah negeri-negeri Islam, negara yang selalu memata-matai kaum muslimin, negara yang selalu membuka kancah “Ghazwul Fikri” (perang pemikiran) di tengah-tengah kaum muslimin dan yang belum hilang bayangannya dari pelupuk mata, negara ini telah merebut Afghanistan dan Iraq dari pangkuan Islam, membantai kaum muslimin di rumah-rumah mereka sendiri dan merebut harta kekayaan mereka.

Kalau seandainya harian ini (Al-Hayat) harian yang bernafaskan Islam, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah berlepas diri dari mereka :

أنا برئ من كل مسلم يقيم بين أظهر المشركين

Artinya: “Aku berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal bersama dengan orang-orang Musyrik -kafir- ” [Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Kitabul Jihad, bab larangan membunuh orang yang menyelamatkan diri dengan bersujud. Dan At-Tirmidzi, Kitabus Siar, bab makruhnya tinggal di antara orang-orang musyrik]

Mengapa? Karena mereka rawan termakan syubhat dan propaganda orang-orang kafir, Jika seandainya badai “Ghazwul Fikri” (perang pemikiran), di negeri kaum muslimin begitu dahsyatnya, sampai -sampai serangan pemikiran mereka (barat) meracuni dan membinasakan sebagian besar kaum muslimin, dan media-media masa kaum muslimin, maka bayangkanlah jik a hal ini berlangsungdisarang orang-orang kafir, bayangkan jika seseorang berada di pusat badai “Ghazwul Fikri” katakan demi Rabb-mu apakah mereka akan selamat ??

Wallahi, sungguh pendalilan kalian dengan ucapan Agen fasiq lagi pengkhianat, merupakan pendalilan yang sangat rapuh dari segala sisi !! Lebih rapuh dari rumah laba-laba :

وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Artinya : “Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” [QS. Al-'Ankabut : 41]

Sungguh mengherankan, kami suguhkan kepada kalian (hizbiyyin); mutiara-mutiara petunjuk dari ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasul-Nya, penjelasan ulama-ulama salaf yang zuhud dan wara’, dengan hati yang tulus, ikhlas karena Allah semata, dan mengharap kebaikan bagi kalian;

وَلَكِن لاَّ تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

Artinya : “Akan tetapi kalian tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat” [QS. Al-A'raaf : 79]

Maka tiba-tiba kalian geram dan berpaling, namun tatkala muncul satu fitnah dari seorang pengkhianat fasiq yang menyudutkan da’wah Salafiyyah, kalian terburu-buru untuk senyum dan tidak malu untuk berstatus “Aktivis dan da’i biang gosip”. Sebenarnya kalian pilih yang mana? Al-Qur’an dan Hadits ataukah kata si fulan,..kata si fulan..? Yang notebene fasiq dan mengkhianati Islam itu?

أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ

Artinya : “Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” [QS. Al-Baqarah : 61].

[2]. Buku-Buku Salafy Dibiayai Yahudi ?
Dalam pengakuan Agen tersebut, (secara tidak langsung) memberikan opini kepada kaum muslimin bahwa pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy bersumber dari biaya Yahudi dan konco-konconya; yang dieksploitir untuk menyerang aktivis dakwah lainnya terutama Syi’ah. [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD, paragraf 13 hal. 79]

Bantahan:
Sungguh kami masih ragu apakah Agen yang diwawancarai tersebut telah bertaubat sepenuh hati, -kami berharap dia benar-benar bertaubat-, karena tidak ada ungkapan yang jelas dari lisannya bahwa ia telah insaf. Yang ada hanyalah ungkapannya : “…Apa gunanya penyesalan...” [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD, paragraf 22, hal.79]. Seolah-olah agen fasiq ini putus asa dari rahmat Allah,

إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Artinya : “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” [QS. Yusuf : 87]

Memang dia mengungkapkan kesedihannya tentang pembantaian muslimin oleh Yahudi yang bermula dari aksi spionase (mata-mata)- nya, namun sungguh sangat aneh, dari mulutnya justru keluar kalimat-kalimat propaganda MOSSAD; berupa fitnah taqrib (penyatuan sunni dan syi’ah) dan fitnah takfir (pengkafiran) yang diopinikan sebagai hasil perbuatan fanatikus sunnah (Salafy-red).

Kami justru masih diselimuti dugaan yang kuat bahwa sang agen adalah seorang pendukung Syi’ah yang berusaha membela Syi’ah dengan memfitnah dan memecah belah sunni, atau ia tidak mengerti perbedaan prinsip dasar antara Agama Islam dan Agama Syi’ah,atau ia masih menjalankan tugas spionasenya dari MOSSAD untuk semakin menambah keruh suasana, sekalipun telah tertangkap. Hal ini terlihat dari ungkapannya diatas yang menuduh buku-buku Salafy disokong oleh Yahudi.

Bagaimana mungkin Yahudi berada dibalik pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy, sementara kebanyakan buku-buku Salafy melaknat Yahudi, mencela sifat-sifat mereka, dan menjanjikan kehancuran bagi mereka di akhir zaman nanti. Jangankan berlindung di bawah payung Yahudi, bahkan buku-buku Salaf dengan membawa hadits-hadits shahih, menjatuhkan vonis “haram” dalam mengikuti gaya hidup Yahudi-Nashrani dalam ritual dan muamalah yang sudah menjadi ciri khas mereka. Seperti misalnya kitab “Iqtidho’ Shirothil Mustaqiim” yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan ribuan buku salaf lainnya yang membahas Al-Wala’ wal Baro’.

Dan bagaimana mungkin buku-buku salaf yang menyerang Syi’ah dibiayai oleh MOSSAD, sementara ulama salaf telah menulis bantahan terhadap Syi’ah sejak awal mula munculnya Syi’ah. Diantara mereka adalah Imam madzhab yang empat terutama Imam Ahmad dan Imam Syafi’i melalui murid-muridnya pada awal abad ke-3 H, Al-Imam Abu Hasan Al-Asy’ary (Maqolatul Islamiyyin, dan Al-Ibanah), Ibnu Taimiyah melalui kitabnya Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah Fi Naqdhi Kalamisy Syi’ah Wal Qodariyyah, Ibnu Hajar Al-Asqalany melalui kitabnya At-Tahdzib (2/49), Ibnu Qayyim dan Adz-Dzahabi (hampir disetiap bukunya menyindir, dan membantah mereka) pada abad ke-7 H, dan puluhan imam salaf lainnya (dalam buku-buku aqidah mereka). Lalu, apakah MOSSAD telah lahir dan telah menjalankan aksinya pada kurun waktu tersebut?? Dan sang agen sendiri tidak membawa bukti dan data-data yang akurat (hitam diatas putih), hanya bualan berbau busuk yang dengan senang hati ditelan mentah-mentah oleh orang-orang yang kelewat bodoh, pandir, yang tidak kritis, tidak obyektif, tidak punya prinsip yang pasti dalam mengambil dalil dan hujjah, yang dadanya telah sempit oleh dengki, iri, dan hasad, yang senang menebar fitnah, yang benci da’wah tauhid, yang benci kembalinya ummat ini kepada kejayaan diatas Al-Qur’an dan As-Sunnah yang suci, yang hatinya penuh dengan noda-noda hitam yang menutupi mereka dari nasehat-nasehat, ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam.

Dakwaan belaka tanpa mendatangkan bukti yang kokoh, ibarat engkau mengayunkan pedang tumpul. Hanya bisa menimbulkan kepanikan dan kerisauan namun tak mampu unjuk gigi. Ibarat serigala tua yang ompong, hanya bisa melolong. Sungguh dia telah berdusta terhadap dakwah para Nabi, dan cukuplah itu dikatakan sebagai bentuk kedustaan atas nama Allah :

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى اللَّهِ

Artinya : “Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah ?“. [QS. Az-Zumar: 32].

Dari sini jelas bahwa Agen fasiq tersebut menginginkan berkobarnya api fitnah dan peperangan di dalam tubuh Islam, sebagaimana yang dikehendaki “Sang Tuan” (MOSSAD), dengan cara menciptakan opini, menyemai prasangka buruk dihati-hati kaum muslimin, sehingga menumbuhkan perselisihan dan pertumpahan darah dikalangan sunni sendiri, dan ujung-ujungnya mematikan dan menjauhkan kaum muslimin dari dakwah tauhid dan usaha mengembalikan ummat kepada sunnah yang suci, yang sangat diperjuangkan oleh Da’wah Salafyyah, yang merupakan pondasi dasar bagi berdirinya daulah Islamiyyah yang kokoh.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku, dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [QS. An-Nuur : 55]

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهم ( ما تمسكتم بهما ) كتاب الله وسنتي

Artinya: “Telah kutinggalkan bagi kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam” [Al-Muwatho' , Imam Malik 2/299, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, cetakan Beirut Libanon]

[3]. Justru Syi’ah, Agen Yahudi Nomor Wahid!
Sang Agen juga mengatakan bahwa buku-buku salaf dibiayai oleh MOSSAD untuk menimbulkan pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi’ah dan Sunnah [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD , paragraf 14 hal. 79]. Lebih lanjut “Sang Agen” menuturkan: “ hati mereka (salafiyyin) penuh dengan kebencian terhadap saudara muslim baik Sunnah maupun Syi’ah.” [Pengakuan Seorang Agen MOSSAD , paragraf 16 hal. 79].

Bantahan :
Jawaban kami dalam masalah ini akan memakan halaman yang panjang, maka simaklah! Kami berharap ada diantara kalian yang sudi membuka jendela hati untuk menerima hujjah. Karena jika tidak, maka ketahuilah bahwa :

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Artinya : “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” [QS. Al-Hajj : 46].

Ada satu hal yang mesti dikritisi dari ucapan “Sang Agen”. Perkataan itu memberikan kesan kepada kaum muslimin bahwa Syi’ah adalah bagian dari Islam, dan seorang muslim bersaudara dengan orang Syi’ah.

Maka kami katakan, Demi Dzat yang menguasai hari pembalasan, Syi’ah Rafidhah yang banyak tersebar di zaman ini (Sebagian besar Syi’ah pada zaman ini adalah Rofidhoh) telah dikafirkan oleh ribuan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sejak dulu sampai saat ini. Allah sendiri telah mengakfirkan mereka melalui firman-Nya :

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ

Artinya : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia (para Sahabat-red) adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)“[QS. Al- Fath : 29].

Berdalil dengan ayat ini, Imam Malik menegaskan tentang kafirnya kaum Syi’ah Rafidhah,karena mereka begitu jengkel dan benci terhadap sebagian besar Sahabat; bahkan mereka mengkafirkan para sahabat [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 7 : 3259 cet. Daar Ibn Hazm].

Seorang pentolan Syi’ah telah mengukir “puisi-puisi kebencian dan cacian” terhadap Umar bin Khattab dalam bukunya yang diberi judul : “‘Iqdud Durar fi Syarhi Baqri Bathni ‘Umar” (Rangkaian Mutiara dalam penjelasan kasus robeknya Perut Umar); Dan lihat pula Kitab Tuhfat ‘Awam Maqbul yang di dalamnya terdapat do’a la’nat bagi 2 berhala Quraisy (yg dimaksud adalah Abu Bakr Ash Shiddiq dan Umar Bin Khattab), buku ini telah direkomendasikan oleh Al-Khumaini. Sebuah ungkapan yang hanya muncul dari mulut-mulut berlidah iblis.

Bahkan Abu Hafs Ibn Syahin (wafat 385 H/995 M) mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib membakar sejumlah orang ekstrim Syi’ah dan mengasingkan sebagian besar mereka. Diantara yang diasingkan tersebut terdapat Abdullah bin Saba’ [1]. Mereka lebih na’jis dan lebih berbahaya ketimbang Yahudi, karena mereka adalah produk Yahudi yang dikemas dengan pakaian Islam, merupakan virus ganas yang disemprotkan Yahudi untuk menghancurkan Islam. Kami tidak ragu untuk mengatakan: “Syi’ah adalah Yahudi plus”.

Sekilas Tentang Syi’ah..
Agar pembaca mengetahui, bahwa sang deklarator Agama Syi’ah adalah Abdullah bin Saba’; seorang gembong Yahudi yang berpura-pura masuk Islam di zaman kekhalifahan Utsman Bin Affan. Dengan kedok kecintaan terhadap Ali, ia mulai menebarkan jentik-jentik kesesatan di tengah kaum muslimin waktu itu. Keberadaan Abdullah bin Saba’ sebagai seorang Yahudi, diakui sendiri oleh petinggi-petinggi Syi’ah dalam buku-buku mereka seperti “Firaq Asy-Syi’ah” [hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah, Najef 1379 H], begitu pula dalam kitab mereka yang tersohor “Rijal Al-Kasysyi” [hal. 101. Mu'assasah Al-A'lami. Karbala Iraq].

Syi’ah dan Yahudi adalah “dua sejoli” yang sangat lengket dan mesra. Berikut adalah beberapa kemiripan diantara mereka berdua :

1. Yahudi telah mengubah-ubah Taurat, begitu pula Syi’ah; mereka mempunyai Al-Qur’an hasil kerajinan tangan mereka sendiri yakni “Mushaf Fathimah” yang tebalnya 3 kali Al-Qur’an kaum Muslimin. Mereka menganggap ayat Al-Qur’an yang diturunkan berjumlah 17.000 ayat, dan menuduh Sahabat menghapus sepuluh ribu lebih ayat.

2. Yahudi menuduh Maryam yang suci berzina [QS. Maryam : 28], Syi’ah melakukan hal yang sama terhadap istri Rasulullah Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha sebagaimana yang diungkapkan Al-Qummi (pembesar Syi’ah) dalam “Tafsir Al-Qummi (II 34)”

3. Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka melainkan hanya beberapa hari saja“. [QS. Al-Baqarah : 80] Syi’ah lebih dahsyat lagi dengan mengatakan, “Api neraka telah diharamkan membakar setiap orang Syi’ah” sebagaimana tercantum dalam kitab mereka yang dianggap suci “Fashl Khithab (hal.157)”

4. Yahudi meyakini bahwa, Allah mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak tahu, begitu juga dengan Syi’ah

5. Yahudi berkeyakinan bahwa ucapan “Amin” dalam shalat adalah membatalkan shalat. Syi’ah juga beri’tiqod yang sama.

6. Yahudi berkata, “Allah mewajibkan kita lima puluh shalat” Begitu pula dengan Syi’ah.

7. Yahudi keluar dari shalat tanpa salam, cukup dengan mengangkat tangan dan memukulkan pada lutut. Syi’ah juga mengamalkan hal yang sama.

8. Yahudi miring sedikit dari kiblat, begitu pula dengan Syi’ah.

9. Yahudi tidak menetapkan adanya jihad hingga Allah mengutus Dajjal.Syi’ah Rafidhah mengatakan, “Tidak ada jihad hingga Allah mengutus Imam ghaib Syi’ah yang ditunggu-tunggu”

10. Yahudi menghalalkan darah setiap muslim. Demikian pula Syi’ah, mereka menghalalkan darah Ahlussunnah.[Lihat kitab Badzl Al-majhud fi Itsbat musyabahah Ar-Rafidhah lil Yahud, oleh Abdullah Al-Jumaily].

Ahmad bin Yunus (wafat 227 H) rahimahullah, salah seorang tokoh ulama Ahlus Sunnah di Kufah telah berkata: “Seandainya; seorang Yahudi menyembelih seekor binatang, dan seorang Rafidhi (Syi’ah) menyembelih seekor binatang, niscaya aku hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau memakan sembelihan si Rafidhi karena dia telah murtad dari Islam (namun masih mengaku Islam-red).” [Ash-Sharimul Maslul, hal. 570].

Imam Bukhari rahimahullah berkata : “Bagiku sama saja, apakah aku sholat dibelakang orang yang berfaham Jahmiyyah atau Syi’ah Rafidhah, atau aku sholat dibelakang orang Yahudi atau Nashrani. Dan seorang muslim tidak boleh memberi salam kepada mereka, menjenguk mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi, dan memakan sembelihan mereka.”[Khalqu Af'alil 'Ibad hal:125, karya Imam Bukhari ].

Ada sebuah tanda tanya besar yang sangat menggelitik; Mengapa Agen tersebut “terburu-buru” membeberkan propaganda-propagan da MOSSAD, sementara di satu sisi dia mengangkat opini bahwa Syi’ah adalah saudara bagi umat Islam ?? Dan bersamaan dengan itu dia mengecam dakwah Salafiyyah yang membongkar “permainan mata” antara Yahudi dan Syi’ah ??”. Ini tidak lain dia lakukan untuk menutupi kedok Syi’ah sehingga artileri ganas Yahudi tersebut tetap eksis. Hal inilah yang tidak disadari oleh Suara Hidayatullah.

Telah jelas betapa berbahanya slogan-slogan yang menyerukan taqrib, dan kami harapkan hizbiyyin tidak akan terkejut jika kami akan menampilkan “tokoh-tokoh” , yang mereka masuk dalam jajaran inspirator taqrib (pendekatan) antara Sunnah dan Syi’ah. Salim Al-Bahnasawi (penasehat Al-Ikhwanul Muslimin) dalam kitabnya As-Sunnah Al-Muftaro ‘Alaiha halaman 57 berkata : “Semenjak berdirinya forum pendekatan antara madzhab Islam yang memiliki andil di dalamnya Hasan Al-Banna, dan Al-Kummi (tokoh Syi’ah -red), dan kerja sama terjadi antara Ikhwanul Muslimin dan Syi’ah; yang menghasilkan kunjungan Imam Nawwab Shofawi (tokoh Syi’ah -red) tahun 1954 ke Kairo”.

Lagi-lagi kasus taqrib ini diangkat ke permukaan oleh Umar Tilmisani (mursyid ke-3 Al-Ikhwanul Muslimin) melalui penjelasannya tentang usaha pendekatan Sunnah dan Syi’ah yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna dalam kitabnya “Al-Mulham Al-Mauhub Hasan Al-Banna halaman 78.”

Wahai Muslimin! Jika telah jelas bagi kita bahwa Syi’ah berasal dari Yahudi dan menjalankan misi Yahudi untuk menikam Islam dari dalam, maka tindakan Suara Hidayatullah dan orang-orang yang menanam investasi dalam penyebaran fitnah dusta pemberitaan tersebut, memutlakkan beberapa konsekuensi yang sangat buruk sebagai berikut :

1. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan “Suara Hidayatullah” telah membantu merusak Islam dari dalam, karena membiarkan berkembangnya opini bahwa Syi’ah yang notabene merupakan kloning Yahudi adalah saudara kita. Padahal mereka adalah musuh-musuh Islam. Allah berfirman :

وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Artinya : “Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran“[QS. Al-Maidah : 2].

2. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan “Suara Hidayatullah” telah melemahkan kekuatan kaum Muslimin di hadapan Yahudi karena telah menjembatani taqrib; sebuah usaha untuk mengkompromikan Sunnah dan Syi’ah. Jika ini terwujud, maka mau tidak mau umat Islam harus toleran terhadap Syi’ah yang menganggap tidak ada Jihad selama Imam “khayal” mereka belum diutus. Terhapusnya kalimat-kalimat jihad dari kamus Islam merupakan impian Yahudi sepanjang zaman. Dan “Suara Hidayatullah” tanpa disadari telah membantu untuk mengikis kalimat-kalimat itu sedikit demi sedikit dari kamus Islam.-na’udzubillah-.

3. Pemberitaan “Suara Hidayatullah” berdampak buruk bagi kelangsungan jiwa Ahlussunnah dan umat Islam secara umum. Karena telah diketahui bersama bahwa Syi’ah menghalalkan darah Ahlussunnah dan mengkafirkannya sebagaimana Yahudi menghalalkan darah kaum Muslimin.

4. Pemberitaan “Suara Hidayatullah”, telah menanam prasangka buruk orang-orang awam dan dapat mengakibatkan menjauhnya ummat dari dakwah Salafiyyah yaitu dakwah yang mengajak kepada persatuan Islam dibawah naungan Tauhid, Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut apa yang dipahami oleh para sahabat, dan hal ini telah menjadi kenyataan ketika sebagian masyarakat awam menolak buku-buku tauhid yang dibagikan secara gratis.

5. Dengan pemberitaan tersebut, maka akan semakin mengaburkan jurang perbedaan antara Sunnah dan Syi’ah, dan ini sangatlah berbahaya. Sebab, kaum muslimin akan digiring kepada sebuah pemahaman bahwa Syi’ah bersama atribut aqidah dan ritual mereka yang busuk merupakan bagian dari Islam. Yang berarti aqidah Sunnah dan aqidah Syi’ah sama saja, mau pilih Sunnah atau Syi’ah boleh-boleh saja. Padahal Allah berfirman :

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ

Artinya : “Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” [QS. Al-Qalam: 35]

6. Sadar atau tidak sadar “Suara Hidayatullah” telah menyebarkan fitnah dan kedustaan. Media massa yang seperti ini tidak bisa dijadikan sumber ilmu dalam memahami Islam, sebagaimana perkataan Imam Muhammad Ibnu Sirin yang dilansir oleh Imam Muslim dalam muqodimmah kitab Shahih-nya: “Sesungguhnya ilmu (Syar’i) ini adalah agama, maka hendaklah kalian melihat (berhati-hati), dari siapa kalian mengambil agama kalian” [MuqoddimahShohih Muslim,hal 28, cet. Daar Ibn Hazm]

Maka kami nasehatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati dari bahaya pemberitaan yang dibawa oleh “Suara Hidayatullah” .

Kami tidak akan mencabut pernyataan kami ini kecuali “Suara Hidayatullah” mau mengklarisifikasi pemberitaan- pemberitaan yang memojokkan da’wah Salafiyyah, dan mau kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, sesuai dengan pemahaman sahabat Rasulullah.

Bersambung ke Bantahan Tuntas Pengakuan Dusta Seorang Agen MOSSAD [2]

[Disalin dengan sedikit editing dari Risalah Dakwah Al-Hujjah, Edisi Khusus/Rabi' ul Akhir/1424H Islamic Center Al-Hunafa' Masjid 'Aisyah Lt II, Jl Soromandi No.1A Lawata - Mataram Tlp 0370-642405]
Bahaya Syiah Sebuah Realita
5 April 2009 2 Komentar

Dewasa ini kebid’ahan telah merebak di dalam tubuh kaum muslimin sedemikian hebatnya sehingga banyak kaum muslimin yang tidak mengerti bahaya kebid’ahan padahal kebid’ahan tersebut dapat merusak mereka dan merusak keutuhan dan persatuan kaum muslimin bahkan banyak negara Islam yang hancur lantarannya seperti daulah bani Umayah yang jatuh disebabkan kebid’ahan Ja’d bin Dirham (Jahmiyah) lihatlah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika mengomentari sejarah keruntuhan bani Umayah: “Sesungguhnya daulah bani Umayah hancur disebabkan oleh Ja’ad Al Mu’athil.”[1] Dan berkata:”Jika muncul kebid’ahan-kebid’ahan yang menyelisihi Rasulullah maka Allah akan akan membalas (dengan kejelekan) pada orang yang menyelisihi Rasul dan memberi kemenangan kepada yang lainnya.”[2].

Dan dalam tempat yang lain beliau berkata: “Maka iman kepada Rasul dan Jihad membela agamanya adalah sebab kebaikan dunia dan akhirat dan sebaliknya kebid’ahan dan penyimpangan agama serta penyelisihan terhadap sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam adalah sebab kejelekan dunia dan akhirat.”[3]

Bahaya syiah terhadap kaum muslimin merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap muslim lebih-lebih yang telah meneliti dan membaca sejarah mereka sejak masa awal pertumbuhan dan perkembangannya sampai saat ini, rentang waktu yang cukup panjang dengan segala peristiwa berdarah yang telah menumpahkan darah ribuan bahkan jutaan kaum muslimin.

Mengenal dan meneliti bahaya dan implikasi syiah merupakan pembahasan yang cukup luas dan panjang lagi penting agar setiap muslim dapat mengambil pelajaran, kemudian tidak terperosok dalam satu lubang berkali-kali. Apalagi dimasa sekarang mereka telah berusaha dengan segala sarana dan prasarana yang mereka miliki untuk menyebarkan dakwah mereka di seluruh pelosok dunia dengan perlahan-lahan namun pasti yang pada akhirnya mereka akan menampakkan hakikatnya bila telah mencapai apa yang menjadi tujuan mereka. Oleh sebab itu memahamkan masyarakat Islam tentang bahaya mereka dalam ideologi, politik, ekonomi dan sosial kaum muslimin saat ini merupakan hal yang mendesak, karena besarnya bahaya syiah terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat dan Negara Islam, apalagi di Indonesia yang kebanyakan kaum muslimin belum mengenal siapa mereka dan bagaimana bahaya mereka terhadap kaum muslimin ditambah lagi dengan munculnya nama-nama baru perwujudan dari syiah ini seperti IJABI (Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia),[4] yang telah mulai menancapkan kuku-kuku beracunnya ke dalam tubuh kaum muslimin dengan tameng kecintaan ahlil bait. Mudah-mudahan dengan pembahasan ini dapat memberikan peringatan kepada segenap kaum muslimin dan menjadi teguran kepada sebagian kaum muslimin yang mencoba menganggap syiah sebagai kawan dan sahabat, dan menganggap mereka tidak membahayakan dan merugikan kaum muslimin.

Bahaya Syiah terhadap Ideologi dan Pemikiran Kaum Muslimin

Bahaya mereka dalam bidang ini banyak sekali, diantaranya:

1. Memasukkan kesyirikan kedalam masyarakat Islam bahkan sebagian Ahlil Ilmu menetapkan mereka sebagai orang yang pertama membuat kesyirikan dan penyembahan kubur pada umat Islam.

Hal ini terjadi lantaran sikap ekstrim mereka dalam mencintai para imam Syiah, sehingga membawa mereka kepada sikap ekstrim terhadap kuburan, dan membuat riwayat-riwayat yang dijadikan oleh mereka sebagai dasar amalan tersebut.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Ar Rodd Alal Akhnaa’iy hal.47 : “Orang pertama yang memalsukan hadits-hadits pembolehan bepergian untuk menziarohi keramat-keramat yang ada diatas kuburan adalah ahlil bidah dari kalangan Rafidhah (Syiah) dan yang sejenisnya dari orang-orang yang meninggalkan masjid dan mengagungkan tempat keramat yang ada padanya kesyirikan, kedustaan dan kebid’ahan terhadap agama Islam yang tidak ada padanya hujjah dari Allah Ta’ala , karena Al kitab dan As Sunnah hanya menyebutkan ibadah di masjid-masjid dan tidak di tempat-tempat keramat.”

Sekarang tempat-tempat keramat dan tempat-tempat ziaroh syiah menjadi tempat kesyirikan dan paganis, dan ini dapat dilihat di negeri-negeri Syiah seperti Iran demikian juga buku-buku mereka memperbolehkan bahkan menyeru kepada kesyirikan tersebut.

Syaikh Musa Jaarullah berkata, setelah menziarohi negara Iran dan Irak dan tinggal disana beberapa bulan bahwa dia telah melihat tempat-tempat keramat dan kuburan-kuburan ditempat mereka disembah.

Syaikh Abul Hasan Annadwiy berkata tentang bangunan keramat di kuburan Ali Ar Ridha dalam makalahnya Min Nahri Kaabul Ila Nahri Al Yarmuuk hal 93 majalah Al I’tishom, tahun (41) edisi ke-3 setelah menziarohi Iran : “Setiap orang asing yang menziarohi keramat Ali Ar Ridho akan merasa seakan-akan di dalam masjid Al Haram, dia mendengar teriakan, tangisan dan desis ratapan, dipenuhi oleh laki-laki dan perempuan , dihiasi dengan hiasan-hiasan yang megah yang dibuat dengan harta benda yang sangat banyak sekali.”[5]

Imam Al Aluusiy pengarang kitab At Tuhfah Al Itsba Asyariyah menyatakan, bahwa mereka (kaum syiah) selalu ekstrim menyembah dan menthawaf-i kuburan para imam mereka bahkan sampai shalat menghadapnya tidak menghadap Ka’bah dan masih banyak lagi yang lainnya yang pernah dilakukan oleh kaum musyrikin terhadap berhala mereka. [6]

Kemudian beliau berkata: “Jika ada padamu keraguan tentang hal itu silahkan pergi ke sebagian tempat keramat-keramat mereka agar kamu melihat kenyataan ini dengan kedua matamu.”[7]

Inilah persaksian mereka yang telah melihat langsung keadaan mereka akan tetapi amat disayangkan musibah dan bencana ini akhirnya terbawa dan masuk kenegeri-negeri Islam dan menjadi kebiasaan sebagian kaum muslimin sehingga merusak aqidah dan ideologi mereka.

2. Merusak agama Islam dan menyesatkan kaum muslimin

Demikianlah pemikiran syiah dengan segala keanehan dan kesesatannya terus didakwahkan dan disebarkan dengan segala sarana yang mereka miliki untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang yang akan mengikutinya dan semakin banyak orang yang meninggalkan agama Islam yang shahih dengan segala provokasi para syaikh mereka yang selalu berusaha memperbanyak jumlah pengikut mereka. Provokasi ini didasarkan diatas kedustaan dan penipuan yang mereka pakai dalam menipu pengikut mereka dan orang-orang awam dari kaum muslimin diantaranya adalah slogan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah dan pernyataan mereka bahwa keganjilan ajaran syiah sesungguhnya ada dasarnya di dalam riwayat-riwayat ahli sunnah.

Tidak diragukan lagi dakwah dan penyebaran aqidah Syiah dan provokasi yang berisi ketetapan syiah merupakan bagian dari Islam adalah salah satu sebab penting dalam usaha merusak dan menyesatkan kaum muslimin, apalagi sekarang ada Negara Ayatullah di Iran yang mereka jadikan sarana untuk menghadapi kemunculan dan kebangkitan Islam karena munculnya Negara yang merusak citra keindahan dan kesempurnaan Islam, dan memberi gambaran yang berlawanan dengan keinginan dan kebangkitan Islam yang sejati akan menghapus dan mengendorkan semangat dan keinginan untuk bangkit mendirikan kekhilafahan yang berdasarkan kepada Al Quran dan As Sunnah. Di dada para pemuda Islam, hal ini telah dimanfaatkan oleh para penjajah (kolonialis) dan mereka sangat bergembira dan memperhatikan kemunculan pemikiran dan ajaran-ajaran kebid’ahan melalui orang-orang yang dinamakan Orientalis yang memiliki kedudukan, seperti penasehat bagi kementrian luar negeri mereka dan mereka tidak pernah lupa dengan sejarah mereka terhadap kaum muslimin.

Bagaimanapun juga, munculnya Syiah dengan ajaran-ajaran anehnya tanpa diragukan lagi menghambat manusia untuk berjalan dijalan Allah dan menyesatkan kaum muslimin dari agamanya yang lurus.

3. Penyebab munculnya Golongan Zindiq

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan dasar kesesatan Ismailiyah dan Nusairiyah dan sekte-sekte lainnya dari orang-orang mulhid dan zindiq adalah pembenaran berita dan riwayat dusta Rafidhah Syiah yang mereka paparkan dalam menafsirkan Al Quran dan hadits, beliau berkata: “Para pemimpin Ubaidiyiin (bani Ubaid) hanya menegakkan dasar dakwahnya dengan kedustaan-kedustaan yang dibuat-buat oleh kaum Rafidhah, agar pengikut syiah yang sesat dapat menerimanya. Kemudian orang-orang tersebut berpindah dari mencela para sahabat kepada mencela Ali kemudian mencela Allah, oleh karena itu ajaran Syiah Rafidhah adalah pintu dan jalan yang menghantar kepada kekufuran dan penyimpanga.” [8]

Bahkan Syaikh Muhibuddib Al khothib mencatat bahwa tasayu’ (ajaran Syiah) menjadi satu faktor pendukung tersebarnya ajaran komunis dan bahaiyah di Iran[9].

4. Berusaha menyesatkan kaum muslimin dengan merusak sunnah Rasululloh shallalahu ‘alaihi wassalam.

Ini merupakan usaha yang mereka lakukan untuk menyesatkan kaum muslimin, sehingga mereka masuk ke kalangan ahlil hadits dan setelah itu memasukkan riwayat-riwayat palsu mereka sehingga banyak para ulama Islam yang terkecoh dengannya, akan tetapi Alhamdulillah Allah tidak membiarkan begitu saja bahkan membangkitkan para imam ahlil hadits untuk membongkar makar busuk mereka itu. Syaikh As Suwaidiy berkata : “Sebagian Ulama mereka bergelut dengan ilmu hadits , mendengar hadits-hadits dari para ahli tsiqat dari ahli sunnah serta menghapal sanad-sanad periwayatan ahli sunnah yang shahih, lalu menghiasi diri dengan ketakwaan dan wara’ sehingga mereka diakui termasuk kalangan ahli hadits kemudian mereka meriwayatkan hadits-hadits yang shahih dan hasan dan memasukkan hadits-hadits palsu mereka.[10]

Al Alusiy menyatakan bahwa diantara mereka itu adalah Jaabir Al Ju’fiy [11], bahkan Ibnul Qayim menjelaskan bahwa Syiah telah memalsukan hadits tentang Ali dan ahlil bait sebanyak lebih dari 3000 hadits.[12]

Bahaya Syiah terhadap Kaum Muslimin dalam Bidang Politik

Syiah seperti telah ditandaskan dalam kitab-kitab pokok mereka tidak meyakini keabsahan negera apapun juga di dunia Islam kecuali kekhilafahan Ali bin Abi Thalib dan anaknya Al Hasan dan menganggap khalifah di dunia Islam ini adalah Thaghut dan negaranya tidak sah sebagaimana dalam riwayat-riwayat mereka: “Setiap panji yang ditegakkan sebelum bangkit imam yang ditunggu-tunggu kebangkitannya, maka pelakunya adalah thoghut.

Oleh Karena itu jadilah syiah tempat yang mapan bagi musuh-musuh Islam dan orang-orang yang berkonspirasi menghancurkan Islam sampai sekarang, dan itu terbukti dengan pengakuan dari mereka seperti duta besar Rusia di Iran Kanyaz Dakurki yang mengambil nama samaran Syaikh Isa sebagaimana dijelaskan oleh majalah yang diterbitkan kementrian rusia tahun 1924-1925, demikian juga Jenderal berkebangsaan Inggris Juaifir Alikhaan dan lain-lainnya.

Syaikhul Islam menyatakan: “Kebanyakan penganut agama Syiah tidak beriman kepada Islam, akan tetapi menampakkan diri sebagai orang Syiah karena dangkal dan bodohnya akal Syiah untuk mengantarkan mereka kepada tujuan-tujuan kepentingan mereka. (Minhajus Sunnah 2/48)

Orang yang mengerti sejarah Islam akan berpendapat para pengaku Syiah ternyata adalah musuh yang paling berbahaya yang menyerang negara Islam, karena mereka itu secara lahiriyah adalah muslimin akan tetapi di bathinnya menyimpan kekufuran dan permusuhan yang besar sekali terhadap Islam, sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya asal setiap fitnah dan bencana adalah Syiah, dan orang yang mengikuti mereka dan kebanyakan pedang yang menumpahkan darah kaum muslimin adalah dari mereka dan pada mereka bersembunyi para zindiq.”[13].

Dan karena mereka menganggap kaum muslimin lebih kufur dari yahudi dan nashrani, sehingga mereka bersama bahu membahu dalam menghancurkan umat Islam , Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sungguh kami dan kaum muslimin telah melihat apabila kaum muslimin diserang musuh kafir maka Syiah bersama mereka menghadapi kaum muslimin.”[14]

Lihatlah kisah masuknya Hulaghu Khan (raja Tartar Mongol) ke negeri Syam tahun 658 H, dimana kaum Syiah menjadi penolong dan pembantu mereka yang paling besar dalam menghancurkan Negara Islam dan menegakkan Negara mereka. Dan ini telah diketahui dengan jelas dalam buku-buku sejarah khususnya di Iraq dimana menteri khalifah waktu itu yang bernama Ibnul Alqaamiy dan kaum Syiah menjadi pembantu Hulaghu Khan dalam menaklukkan Iraq dan menumpahkan darah kaum muslimin yang tidak terhitung jumlahnya. Ringkas kejadiannya Ibnul Alqaamiy adalah seorang menteri pada khalifah bani Abasiyah yang bernama Al Mu’tashim seorang Ahli Sunnah, akan tetapi dia lengah dan tidak memperhatikan bahaya Syiah sehingga mengangkat seorang Syiah sebagai menterinya, padahal menterinya ini telah merencanakan makar busuk dalam rangka menghancurkan negaranya dan kaum muslimin serta menegakkan Negara Syiah, ketika mendapat jabatan tinggi tersebut maka dia memanfaatkannya untuk merealisasikan makarnya menghancurkan Negara Islam dengan melakukan tiga marhalah:

Pertama: melemahkan tentara muslimin dengan menghapus gaji dan bantuan kepada para tentara dan mengurangi jumlahnya. Ibnu Katsir berkata: “Menteri Ibnul Alqaamiy berusaha keras untuk menyingkirkan para tentara dan menghapus namanya dari dewan kerajaan. Pada akhir masa pemerintahan Al Muntashir,[15] tentara kaum muslimin mendekati jumlah seratus ribu tentar, dan dia terus berusaha menguranginya sehingga tidak tinggal kecuali sepuluh ribu orang tentara saja.[16]

Kedua : menghubungi Tartar, Ibnu Katsir memaparkan bahwa dia menghubungi Tartar dan memotivasi mereka untuk merebut wilayah Islam serta mempermudah mereka untuk itu lalu dia menceritakan keadaan yang sesungguhnya dan menceritakan kelemahan-kelemahan para tokoh pemimpin Islam.[17]

Ketiga: melarang orang memerangi Tartar dan menipu khalifah dan masyarakat Islam, Ibnul Alqoomiy melarang orang untuk memerangi Tartar dan menipu khalifah dan para penasehatnya, dengan mengatakan bahwa Tartar tidak ingin perang akan tetapi ingin membuat perjanjian damai dengan mereka dan meminta khalifah untuk menyambut mereka untuk kemudian berdamai dengan memberi separuh hasil pemasukan negeri Iraq untuk tartar dan separuhnya untuk khalifah. Lalu khalifah berangkat bersama tujuh ratus orang dari para hakim, ahli fiqih, amir-amir dan pembantu-pembantunya… lalu dengan tipu daya ini terbunuhlah khalifah dan orang yang bersamanya dari para panglima tentara dan prajurit pilihannya tanpa susah payah dari Tartar. Sedang orang-orang Syiah lainnya menasehati Hulaghu Khan untuk tidak menerima perdamaian kholifah dengan mengatakanbahwa kalau terjadi perdamaianpun tidak akan bertahan kecuali setahun atau dua tahu saja kemudian kembali seperti sebelumnya dan memotivasi Hulaghu khan untuk membunuh Kholifah, dan dikisahkan yang menyuruh membunuh khalifah adalah Ibnul Alqaamiy dan Nushair Ath Thusiy.[18]

Kemudian mereka masuk ke negeri Iraq dan membunuh semua orang yang dapat dibunuh dari kalangan laki-laki, perempuan, anak-anak, orang jompo, dan tidak ada yang lolos kecuali ahli dzimmah dari kalangan Nashrani dan Yahudi serta orang-orang yang berlindung kepada mereka dan ke rumah Ibnul Alqaamiy .[19]

Dalam peristiwa tragis tersebut, terbunuh lebih dari belasan juta orang dan belum ada dalam sejarah Islam bencana seperti bencana yang ditimbulkan orang tartar mongol, mereka membunuhi orang-orang bani Haasyim, menawan para wanita Abasyiyah dan selain Abasyiyah. Lalu apakah ada orang yang berloyalitas kepada ahli bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam lalu memudahkan kaum Kafir untuk membunuh dan menawan mereka dan kaum muslimin?[20]

Lihatlah dan renungkanlah kejadian besar ini dan ambillah pelajaran wahai Ahli Sunnah dalam melakukan pendekatan terhadap mereka!!!![21]

Bahaya Syiah dalam Bidang Sosial

Orang Syiah yang hidup bersama kaum muslimin selalu menyembunyikan hakikatnya dan selalu menggunakan tipu daya, khianat dan berbuat jahat cukuplah pernyataan Syaikh Islam ibnu Taimiyah tentang mereka menjadi saksi akan hal tersebut sejak dahulu kala dan dapat dirasakan di zaman kita ini, berkata Syaikhul Islam: “Adapun Rafidhah (Syiah), mereka tidak berinteraksi sosial dengan orang lain kecuali menggunakan kenifakan karena agama yang ada dihatinya adalah agama yang rusak yang membawanya untuk berdusta, khianat, menipu, dan berbuat jahat terhadap orang sehingga dia melakukan kejahatan apa saja.[22]

Ini persaksian seorang tokoh Sunni, mungkin ada yang mengatakan: “Itukan hanya tuduhan belaka tanpa bukti. Akan tetapi, jika kita melihat kembali kekitab-kitab rujukan mereka didapatkan pemaparan beliau ini sesuai. Lihatlah dalam kitab Rijal Al Kisysyiy ada kisah seorang Syiah kepada imamnya bagaiman dia membunuh sejumlah orang yang menyelisihinya, ia berkata: “Diantara mereka ada yang saya naik ke atap rumahnya dengan tangga dan saya bunuh, ada yang saya ajak keluar di malam hari, ketika dia keluar pintu langsung saya bunuh, ada yang saya temani dalam perjalannya,lalu ketika bersendirian saya bunuh.[23]

Syaikh Syiah yang bernama Ni’matullah Al Jazaairiy bercerita tentang menteri Ar Rasyid yang bernama Ali bin Yaqthiin, dia di penjara bersama sejumlah orang yang menyelisihinya (dalam madzhab), lalu dia memerintahkan para budaknya untuk merobohkan atap penjara tempat mereka lalu mereka mati seluruhnya, dan jumlah mereka waktu itu lima ratus orang, kemudian dia ingin mengelak dari tuntutan darah mereka lalu dia mengutus orang ke Imam Maulana Al kaadzim dan sang imam membalas dengan menulis jawabannya: “Seandainya engkau telah memberitahukan saya sebelum membunuh mereka, maka kamu lolos dari tuntutan darah tersebut dan ketika kamu tidak memberitahukan saya terlebih dahulu, maka bayarlah sebagain tebusannya satu kambing untuk setiap orang dan seekor kambing itu lebih baik daripada mereka.”[24]

Lihatlah bagaimana mereka tinggal ditengah-tengah kaum muslimin, bagaimana imam mereka menyetujui pembunuhan lima ratus orang, hanya sekedar mereka bukanlah orang syiah dan hanya memerintahkan membayar satu kambing per orang lantaran tidak izin dahulu kepada imam mereka dan jika sudah izin kepada imam mereka atau wakilnya yaitu para faaqiih maka bisa berbuat semaunya.

Kemudian tokoh Syiah ini berkomentar tentang kisah tersebut: “Lihatlah tebusan yang rendah ini yang tidak sampai menyamai tebusan (diyat) adik mereka yaitu anjing buruan karena diyatnya (tebusan) dua puluh dirham dan tidak pula diyat (tebusan) kakak mereka yaitu orang Yahudi atau Majusi karena diyatnya (tebusannya) delapan ratus dirham.”[25]

Sejarah membuktikan bahwa mereka banyak menyulut fitnah dikalangan kaum muslimin, karena mereka berani mencela dan melecehkan para sahabat dalam setiap pertemuan tahunan mereka, dan kalau kita melihat sejarah terjadinya pertumpahan darah antara Syiah dengan Ahlis Sunnah yang pertama di Baghdad adalah tahun 238 H, kemudian berlanjut fitnah-fitnah yang telah benyak memakan korban dari kalangan kaum muslimin.

Diantara bahaya Syiah terhadap tatanan social masyarakat Islam adalah pembolehan nikah Mut’ah yaitu kesepakatan rahasia untuk melakukan hubungan suami istri kepada wanita yang telah sepakat dengannya walaupun dari kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) atau wanita yang masih bersuami, lihat pendapatnya Ath Thusiy, ia berkata: “Tidak mengapa bermut’ah dengan wanita fajiroh,26] dan khumainiy juga berfatwa bolehnya bermut’ah dengan pezinah.”[27] Oleh karena itu, mereka mungkin bersepakat untuk sehari, dua hari atau sekali dan dua kali.

Al Aluusy berkata: “Barangsiapa yang melihat keadaan orang-orang Syiah sekarang dalam masalah Mut’ah tidak butuh dalam menghukum mereka berzina kepada bukti-bukti karena seorang wanita berzina dengan dua puluh laki-laki dalam satu hari satu malam dan mengatakan bahwa dia berbuat mut’ah. Dan buat mereka tersedia lokalisasi-lokalisasi untuk Mut’ah yang berpajangan, disana para wanita dan mereka memiliki mucikari-mucikari yang menghubungkan laki-laki dengan para wanita atau para wanita dengan para laki-laki sehingga mereka memilih yang mereka senangi dan memberikan upahnya dan menarik para wanita tersebut kepada laknat Allah.”[28]

Bukankah ini semua merupakan bahaya yang sangat besar, ambillah pelajaran wahai Ulil Abshar!

Bahaya Syiah dalam Bidang Ekonomi

Demikian pula Syiah memiliki pengaruh jelek dalam bidang ekonomi bagi kaum muslimin, hal ini cukup jelas kalau di pandang dari bahaya mereka dalam bidang-bidnag yang lain, sebab kerusakan politik, ideologi, dan pemikiran serta tatanan sosial amat berpengaruh dalam bidang ekonomi, lihatlah fitnah-fitnah yang mereka timbulkan banyak menghabiskan harta benda, nyawa, dan waktu sehingga memberikan kesempatan yang luas bagi musuh-musuh Islam menghancurkan ekonomi dan budaya kaum muslimin. Apalagi dipandang dari sudut aqidah, mereka yang menganggap harta dan jiwa kaum muslimin yang bertentangan dengan mereka adalah harta yang boleh dirampas dan diambil dengan dakwaan yang dusta, bahwa hal itu adalah hak ahlil bait padahal harta-harta tersebut dipergunakan untuk merealisasikan keinginan-keinginan khusus mereka dan untuk menjalankan makar dan tipu daya mereka dalam menghadapi umat Islam .

Dr Ali Assaalus berkata: “Dari kenyataan madzhab Ja’fariyah pada saat-saat ini kita dapatkan orang yang ingin berhaji harus menghitung jumlah hartanya semua, kemudian membayar seperlima harga hartanya untuk diserahkan kepada para ahli fiqih, yang berfatwa kewajiban khumus dan yang tidak membayarnya tidak dibolehkan haji dengan demikian para ahli fiqih Syiah tersebut telah menghalalakan pengambilan harta dengan kebatilan.”[29]

Berkata Syaikhul Islam : “Adapun pendapat Rafidhah bahwa Khumus hasil pendapatan kaum muslimin diambil dari mereka dan dibayarkan kepada orang yang mereka anggap sebagai pengganti imam yang maksum atau kepada yang lainnya, adalah pendapat yang tidak pernah dikatakan oleh seorang sahabatpun, tidak juga Ali, dan yang lainnya serta tidak dikatakan oleh seorang tabiin dan dari kerabat bani Hasyim atau yang lainnya.

Semua penukilan dari Ali atau Ulama ahlil bait seperti Al Hasan, Al Husein, Ali bin Al Husein, Abu Ja’far Al baaqir, Ja’far bin Muhamad adalah kedustaan karena itu menyelisihi riwayata yang mutawatir dari sejarah Ali bin Abi Thalib, karena beliau memerintah kaum muslimin selama empat tahun dan belum pernah mengambil dari kaum muslimin sedikitpun hartanya, bahkan tidak ada dimasa pemerintahannya pembagian khumus sama sekali. Adapun kaum muslimin tidak diambil khumus hartanya oleh beliau atau orang lain, dan kaum kufarlah yang kapan dirampas dari harta mereka diambil seperlimanya dengan dasar Al Kitab dan As Sunnah, akan tetapi di zaman beliau kaum muslimin tidak melakukan peperangan dengan kaum kufar, disebabkan adanya perselisihan diantara mereka dari fitnah dan perpecahan. Demikian juga telah diketahui secara pasti, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam tidak pernah mengambil khumus harta kaum muslimin dan tidak juga meminta dari seorang muslim pun khumus hartanya.[30]

Demikianlah, mereka mengambil khumus dalam rangka untuk memenuhi kepentingan dan keinginan ulama-ulama mereka dan inilah selintas tentang bahaya Syiah yang telah menjadi satu kenyataan, dan bukan untuk menjelaskan keseluruhannya dan cukuplah kitab-kitab para ulama Islam telah menjelaskan semuanya dan kita hanya dituntut unruk membaca kembali dan berhati-hati dari mereka dan gerakannya.

Semoga Allah menjaga kita dari mereka, dan menunjuki kita ke jalan yang lurus.

Penulis : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.com
[1] Lihat Majmu’ Fatawa 13/182


[2] Ibid 13/177

[3] Ibid 13/179

[4] . Nama ini juga dikenal dalam istilah internasional dengan Jam’iyah Ahlil Bait, yang menunjukkan bahwa gerakan ini bersifat internasional dan bukan hanya nasional saja dan sebenarnya mereka tidak pantas dijadikan sebagai jamaah ahlil bait karena mereka telah mencela para Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yang merupakan ahli baitnya beliau, maka berhati-hatilah!!!.

[5] Lihat lebih detail lagi dalam kitab Ushul Madzhab Syiah Al Itsna Asyarah hal 1071-1072

[6] Mukhtashor At-Tuhfah Al Itsna Asyarah hal.300

[7] Ibid

[8] Minhajus Sunnah 4/3

[9] Lihat dalam Al-Khuthuth Al-Aridhoh hal. 44- 45

[10] Dinukil oleh penulis Ushul Madzshab Syiah Itsna Asyara dari Naqdhi Aqaaidi Syiah, lihat Ushul Madzhab hal 1194.

[11] Suyuf Al-Musyriqah hal.50

[12] Lihat kitab Manaarul Muniif. Hal.116

[13] Minhajus Sunnah 3/243

[14] Ibid 4/110.

[15] Kholifah sebelum Al Mu’tashim

[16] Al-Bidayah Wan Nihaayah 13/202.

[17] Ibid

[18] Lihat kisah lengkapnya di Al Bidayah Wan Nihayah 13/201.

[19] Al-Bidayah Wan Nihayah 13/201-202.

[20] Lihat Minhajus Sunnah 3/38.

[21] Dan masih banyak kisah-kisah lainnya seperti kisah Daulah Shofawiyah dll, yang sangat penjang sekali untuk diceritakan dalam kesempatan yang sempit ini.

[22] Minhajus Sunnah 3/260.

[23] Rijal Al Kisyi hal 342-343 (dinukil dari Ushul Madzhab Syiah hal 1232)

[24] Al Anwaar An-Nu’maniyah 2/308

[25] Ibid

[26] An-Niyaahah hal.490

[27] Tahriril Wasilah 2/292

[28] Dinukil dari Ushul Madzhab Syiah hal. 1235-1236

[29] Atsar Al-Imamah fil Fiqih Ja‘fari hal.391

[30] Minhajus Sunnah 3/154