Jumat, 08 Januari 2010

Abu Haidar As sundawy

Amsterdam 3 

By Abu Haidar at 19 Desember, 2009, 3:52 am 

Seperti 2 daurah sebelumnya, daurah kali inipun saya diundang PPME (Perhimpunan Pemuda Muslim Eropa)sebagai pengisi tunggal di daurah ini. PPME secara rutin mengadakan daurah 2 kali dalam setahun yaitu setiap bulan Desember - Januari dan April - Mei.

Saya berangkat dari rumah di kabupaten Bandung Barat jam 10.45 WIB diantar oleh keluarga tercinta ke pool salah satu travel di kota Bandung. Dari Bandung travel yang saya tumpangi berangkat tepat jam 12.00. Perjalanan Bandung Jakarta alhamdulillah lancar tanpa hambatan berarti sehingga saya tiba di bandara Soekarno Hatta jam 15.00.

Setelah shalat dhuhur ddan asar dijamak di mushola bandara saya bergegas antri di loket chek in. Antriannya agak panjang karena banyaknya penumpang yang juga akan pergi ke Eropa sekedar untuk berlibur akhir tahun.

Pesawat yang dijadwalkan take off jam 18.20 ternyata delayed lebih dari 1/2 jam dan baru terbang jam 19.00 lebih. Saya transit dulu di Malaysia kira2 dua jam setelah itu terbang lagi ke Amsterdam dengan pesawat yang lebih besar.

Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam 20 menit akhirnya saya mendarat di bandara Schipoll Amsterdam Belanda dengan selamat. Waktu saat itu menunjukan jam 06.00 waktu setempat. Saya lihat arloji saya menunjukkan jam 12.00 WIB, berarti ada 6 jam perbedaan waktu antara Indonesia dengan Belanda.Berarti lama total perjalanan saya dari rumah sampai ke Amsterdam ini lebih dari 25 jam. Perjalanan panjang yang cukup memguras stamina. Alhamdulillah Allah memberi kekuatan kapada saya sehingga saya tiba di Belanda dalam keadaan sehat dan tetap fresh.

Selama di bandara saya tidak mendapat masalah yang berarti. Tak ada polisi yang mencegat seperti tahun lalu, juga tak ada pemeriksaan ketat bea dan cukai. Hanya sedikit pertanyaan ringan di imigrasi. Hanya kira2 satu menit di loket imigrasi sayapun keluar dari bandara.

Di luar udara amat dingin. Bbrrrrrr….Suhu saat itu sekitar 0 derajat celcius. Mantel yang saya pake rasanya tak sepenuhnya bisa menahan hawa dingin ini. Ada dua orang wajah akrab dan ramah menyambut saya dengan hangat. Mereka memberi pelukan kerinduan di cuaca yang dingin ini yang membuat saya merasa nyaman. Berkuranglah rasa dingin dan hilanglah kelelahan akibat panjangnya perjalanan. Mereka adalah Pak Abullah Aziz dan Pak Ishak Manshur, dua orang yang selalu membuat saya merasa senang setiap kali kami bertemu.

Setelah puas melepas pelukan kerinduan kami melanjutkan obrolan sambil berjalan ke tempat parkir. Tak lebih dari 3 menit kami tiba di tempat parkir lalu mobil kamipun melaju meninggalkan gedung bandara.

Di luar terlihat hamparan salju putih menutupi jalan. Memang tadi malam salju baru turun pertama kali untuk musim dingin tahun ini. Dengan berkelakar Pak Aziz bilang mungkin salju itu menyambut kedatangan saya ke Amsterdam ini. Kamipun tertawa bersama menyambut kelakar itu. Kelakar yang sama pernah saya lontarkan ke Syaikh Ali Hasan Al Atsary Al Halaby ketika beliau ke Bandung beberapa tahun yang lalu. Kedatangan beliau ke Bandung disambut hujan sedang, lalu dengan berkelakar saya katakan bahwa hujan ini turun untuk menyambut kedatangan Syaikh. Beliau dan penumpang lainnya tertawa mendengarnya.

Kira2 10 menit kami tiba di sebuah tempat yang tak asing lagi bagi saya. Tempat penuh kenangan religius yang selalu saya datangi setiap kali saya ke Amsterdam. Tempat yang menyimpan banyak harapan bagi pengembangan da’wah di Eropa. Tempat yang telah banyak menorehkan sejarah perjuangan da’wah pemuda muslim Eropa dan menjadi pusat pengembangan da’wah bagi para aktifis PPME. Inilah mesjid.

Kami mampir dulu ke mesjid ini untuk menunaikan shalat subuh. Kebetulan waktu shalat subuh sudah mau masuk. Waktu sdh menunjukan jam 06.50 tapi keadaan masih sangat gelap. Di musim dingin memang malamnya lebih panjang daripada siang. Shalat subuh bisa jam 7 lebih dan magribnya kira2 jam 16.00.

Kami masuk ke dalam mesjid yang sepi. Hanya ada satu orang yang sdh datang. Diapun menyambut saya dengan pelukan hangat. Keadaan mesjid tak banyak berubah seperti tahun lalu. Di sana sudah terpasang hijab untuk memisahkan tempat ikhwan dan akhwat selama daurah nanti. Kamipun menunaikan shalat subuh berjamaah berempat. Memang jamaah yang ke mesjid belum banyak karena daurah baru akan mulai jumat malam sedangkan sekarang baru hari Kamis. Mereka menunaikan shalat di mesjid2 terdekat dengan rumah mereka dan baru akan ke mesjid ini pada daurah esok.

Seusai shalat subuh saya berangkat lagi dengan Pa Ishak menuju rumah beliau. Ya tahun ini saya akan tinggal di rumah beliau selama daurah. Beliau orang Sunda yang ramah dan familiar. Kamipun selalu ngobrol dengan basa Sunda. Asa wararaas nyarios ku basa Sunda di nagri batur. Ngobrol dengan basa Sunda dengan celetukan2 khas Sunda di negeri orang terasa lebih nikmat dibanding berbahasa Sunda di tanah parahyangan.

Begitu sampai di rumah sayapun disambut dengan ramah oleh isteri Pak Ishak yang juga orang Sunda. Setelah berbasa basi sebentar sayapun diantar ke kamar yang telah disediakan untuk saya. Alhamdulillah di dalamnya telah ada komputer dengan fasilitas internya yang khusus di sediakan untuk saya selama disini. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar